Mengapa Saya Lebih Percaya Anies Daripada SBY/Demokrat?
Disitu saya banyak menulis tentang Prabowo. Saat itu pemilu 2014, Prabowo berhadapan dengan Jokowi. Saya bedah saat itu Jokowi yang dikendalikan orang-orang non Muslim. Jokowi pemimpin boneka.
Saya dan Tabloid Suara Islam pada 2014 dan 2019 dukung penuh Prabowo. Puluhan tulisan saya tentang Prabowo. Entah Prabowo membaca atau tidak, saya tidak pernah bertemu ngobrol berdua dengan Prabowo. Prabowo adalah pilihan yang tepat umat Islam saat itu. Meski Prabowo banyak kelemahannya,
Kini 2023, saya dukung Anies. Saya baca buku biografi Anies. Saya telusuri tulisan dan ceramahnya, saya tidak ragu dukung Anies.
Anies adalah seorang aktivis dan seorang guru. Ketika mahasiswa sudah menjadi Ketua Senat Mahasiswa UGM. Tahun 1993, di UGM ia sudah mengenal tokoh Islam Mohammad Natsir. Ia sebagai ketua senat saat itu berbicara tentang Natsir dalam sebuah seminar mengenang wafatnya Mohammad Natsir. Kebetulan saya mempunyai dokumen majalahnya.
Tahun 2021 saya menulis Anies vs Ganjar: Nasionalis Islam vs Nasionalis Sekuler di suaraislam.id. Tulisan saya itu rupanya menarik seorang jurnalis dan mantan anggota DPR. Ia menelepon saya dan ingin bertemu.
Akhirnya kita berdua bertemu di sebuah kafe di Tebet. Namanya RP. Ia cerita bahwa ia dekat dengan Anies Baswedan. Ia tunjukkan foto fotonya yang berdua dengan Anies. Ia mengaku sekitar enam tahun berteman dengan Anies di Amerika. Ia ingin membantu Anies jadi presiden. Lewat media yang ia kelola tentunya. Sebelum pulang, ia memberi saya buku biografi Anies yang diterbitkan Republika.
Beberapa bulan lalu Pustaka Al Kautsar meluncurkan buku Jejak Rekam Anies di Jakarta. Kebetulan saya diundang direkturnya.
Berdua dengan teman saya, Andi, saya naik motor ke sebuah hotel di Jakarta. Saya harus ketemu langsung dengan Anies, tekad saya. Alhamdulillah akhirnya di acara itu saya bisa ketemu berdua dengan Anies. Saya tunjukkan tulisan tulisan saya tentang dia, dan diapun langsung meminta saya menulis nama dan hp saya dalam sebuah sobekan kertas.
Beberapa hari kemudian tim Anies menghubungi saya dalam pertemuan terbatas di rumah Anies di Lebak Bulus Jakarta. Ketika itu saya mengusulkan kepada Anies beberapa hal untuk perbaikan negeri ini. Di pendopo rumah Anies yang ada gambarnya Pangeran Diponegoro itu, kita diskusi, makan makan dan foto foto. Pulangnya saya menghadiahkan dua buku saya untuk Anies.
Saya melihat langsung kejujuran, kepemimpinan dan kesalehan Anies. Maka ketika orang-orang Demokrat dan SBY mencaci Anies, saya tetap bela Anies. Saya tidak melihat kepribadian Anies sebagai pembohong dan pengkhianat sama sekali.
Kini mulai terbuka informasinya. Ternyata Demokrat pasang harga mati untuk AHY sebagai wapres Anies. SBY memaksakan anaknya menjadi wapres untuk pemilu 2024. Mungkin SBY ingin 2029 anaknya menjadi presiden mengikuti jejak dia.
Tentu saja Nasdem dan PKS menolak pemaksaan SBY itu. Kedua partai itu ingin mencari wapres yang terbaik, yang elektabilitas tinggi, yang akan menjadikan Anies sebagai presiden.