Mengenal Allah Al-Malik untuk Menghalau Syirik
Karena itu, sangatlah melampaui batas para pelaku atau pendukung LGBT yang tidak ingin kelaminnya diatur oleh Tuhannya. Semuanya berangkat dari kekotoran pikiran. Sehingga mereka mengatakan bahwa kelamin saya adalah hak milik tubuh saya.
Jika saya ingin menjadikannya sebagai jenis kelamin A, maka itu adalah hak atas tubuh saya sendiri. Padahal Allah telah menciptakan jenis kelaminnya dengan begitu jelas. Manusia adalah mahluk Tuhannya yang tidak dapat bertindak sendiri tanpa izin Penciptanya.
Contohnya Anda memiliki rumah, tapi apa benar Anda memiliki rumah itu? Bukankah Anda tidak memiliki otoritas atas tanah itu sendiri? Bukankah juga harus membayar pajak? Berapa banyak orang terlihat berkuasa sebagai pemimpin, tetapi sebenarnya dia hanyalah boneka dari segolongan orang yang memiliki kekuasaan atau modal di belakangnya?
Allah-lah Yang Maha Memiliki dan tidak bergantung pada apa yang dimiliki. Berbeda dengan kita yang tidak memiliki kecuali atas pengakuan dan tak lagi berstatus sebagai pemilik manakala yang dimiliki hilang.
Allah Maha Memiliki apa pun yang ada di dunia ini dan Allah-lah Maharaja yang menguasai. Sebutlah nama siapa yang pernah menjadi raja di dunia ini; dia pasti membutuhkan orang untuk mengakui kekuasaan dan mendukung kekuasaannya. Allah Al- Malik, tidak membutuhkan semua itu.
Allah Maha memiliki dan tidak membutuhkan apa yang dimiliki. Berbeda dengan kita yang memiliki makanan atau uang karena kita membutuhkan semua itu. Dialah yang Maha Menguasai dan Maha Memiliki.
Pintu Kemusyrikan
Sementara pintu kemusyrikan itu akan terbuka manakala ia diperbudak oleh apa-apa yang ingin dimilikinya. Bahasa kita “duit” berasal dari nama seorang Jenderal Belanda yang bernama De Witt. Konon, dia adalah orang yang baik. Tak jarang ia membagi-bagikan kupon untuk memperoleh makanan. Karena menyebut nama Jenderal De Witt terasa panjang, maka orang-orang pribumi kemudian melafalkan namanya sebagai duit.
Kini, karena kebutuhan menukar uang dengan makanan inilah, semua orang kemudian menghamba pada duit. Di era modern ini kemusyrikan banyak sekali yang dikarenakan oleh uang dan kekuasaan. Banyak orang yang kemudian mengatakan bahwa segalanya bisa dibeli dengan uang.
Padahal, lebih banyak mana antara kebutuhan dengan uang yang tersedia? Juga bandingkan lebih banyak mana kebutuhan yang bisa dibeli dengan uang dengan kebutuhan kita yang tidak bisa dibeli dengan uang? Sinar matahari, detak jantung, oksigen, dan banyak hal yang tidak bisa dibeli dengan uang.
Sebelum shalat, saya berusaha menolong teman saya untuk bisa memperoleh perawatan di salah satu rumah sakit yang cukup terkemuka di Jakarta. Namun, apa daya, kesembuhan tidak bisa dibeli dengan uang. Alat-alat media yang canggih pun tidak bisa menolong nyawa seseorang, kecuali dengan izin Allah Ta’ala.