Mengenal Anwar Ibrahim, Pemimpin Oposisi yang Kini Jadi PM Malaysia
Anwar mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara sebelum pemilihan bahwa dia akan berusaha “menekankan pemerintahan dan antikorupsi, dan membersihkan negara ini dari rasisme dan kefanatikan agama”.
Selama beberapa dekade, Anwar menyerukan inklusivitas dan perombakan sistem politik di negara multietnis itu.
Sekitar 70 persen dari populasi Malaysia yang berjumlah hampir 33 juta terdiri dari etnis Melayu, yang sebagian besar Muslim, dan sisanya adalah kelompok etnis China dan India.
Anwar menyerukan penghapusan kebijakan yang mendukung orang Melayu dan diakhirinya sistem patronase yang membuat koalisi penguasa terpanjang Malaysia, Barisan Nasional, tetap berkuasa.
Seruannya tentang reformasi bergema di seluruh negeri dan masih menjadi janji utama aliansinya.
Pendukung Anwar mengungkapkan harapan bahwa pemerintahan pemimpin karismatik mereka akan mencegah kembalinya ketegangan bersejarah antara etnis Melayu, mayoritas Muslim, dan minoritas etnis China dan India.
“Yang kami inginkan adalah moderasi untuk Malaysia dan Anwar mewakili itu,” kata seorang manajer komunikasi di Kuala Lumpur, yang meminta untuk diidentifikasi dengan nama keluarga Tang.
“Kita tidak dapat memiliki negara yang terbagi oleh ras dan agama karena itu akan membuat kita mundur sepuluh tahun lagi,” ujar dia.
James Chai, analis politik ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura, menilai Anwar muncul sebagai pemimpin di masa yang tepat.
“Selalu dianggap sebagai orang yang bisa menyatukan semua faksi yang bertikai, sudah sepantasnya Anwar muncul pada masa yang memecah belah,” kata Chai.
Sumber: Reuters