#Selamatkan Al-AqshaINTERNASIONAL

Mengenang 54 Tahun Tragedi Pembakaran Al-Aqsha, Api Perjuangan Masih Menyala

Kenyataan yang menyakitkan

Ketua Komite Anti-Yahudisasi di Al-Quds, Nasser Al-Hadmi, mengatakan, “Masjid Al-Aqsha sedang mengalami kenyataan yang menyakitkan dan lebih berbahaya tahun ini. Bukan karena pendudukan Zionis Israel mampu mencapai tahap lanjut dalam kendalinya atas masjid. Namun hal ini terjadi karena kami sebagai warga Palestina masih belum mempunyai rencana strategis untuk menghilangkan agresi dan ketidakadilan di masjid.”

Al-Hadmi menambahkan, dalam sebuah wawancara pers, bahwa “kenangan menyakitkan ini diperbarui setiap tahun, untuk memastikan bahwa kebakaran Masjid Al-Aqsha masih berlangsung. Masalahnya tidak lagi terbatas pada penyerangan saja, namun kita menyaksikan ritual Talmud secara terang-terangan, akad nikah, tiupan terompet, dan sebagainya.”

Dia menyatakan bahwa pendudukan Zionis Israel tidak lagi menjadikan isu pembangunan “kuil mitos” di tempat Al-Aqsha sebagai isu rahasia, namun telah menjadi elemen paling penting untuk membujuk umat Yahudi dunia agar bermigrasi ke Palestina.

Dia menjelaskan bahwa penjajah Zionis terus-menerus berbicara tentang pembangunan “kuil mitos” tersebut, dan “kita melihat langkah-langkah berturut-turut mereka dalam mengendalikan masjid yang diberkahi, dan menghilangkan segala bentuk peran kepedulian Yordania dan Palestina terhadapnya.”

Menurut Al-Hadmi, “Pendudukan Zionis Israel terus menjalankan rencana strategisnya, sementara kita belum menyiapkan rencana efektif untuk menghentikan serangan Israel terhadap Al-Aqsha dan melindunginya. Semua yang terjadi hanyalah reaksi terhadap meningkatnya penyerangan terhadap Masjid Al-Aqsha selama hari-hari besar Yahudi.”

Dia melanjutkan, “Pendudukan Zionis Israel memperkuat kontrolnya atas masjid setiap hari. Mereka meningkatkan serta mengembangkan metode dan bentuk penyerangan. Sementara kami masih menyerukan bersiaga saja, yang kehilangan kemampuannya untuk menghadapi rencana pendudukan Zionis Israel, terutama ketika mereka menutup pintu-pintu masuk ke Al-Quds dan gerbang Kota Tua dan Al-Aqsha.”

Al-Hidmi menekankan perlunya berpikir tentang mengembangkan metode dan cara untuk melindungi Masjid Al-Aqsha dari rencana pendudukan Zionis Israel, upayanya untuk mengendalikannya, dan kemajuannya dalam mencapai tujuannya membangun “kuil mitos” di lokasi masjid.

Masa-masa sulit yang mendatang

Adapun penulis dan analis politik, Rasem Obeidat, dia menegaskan bahwa Masjid Al-Aqsha “menunggu hari-hari dan kesempatan yang sulit selama beberapa fase berikutnya, di mana akan ada eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh kelompok-kelompok Talmud, untuk melakukan serbuan besar-besaran, untuk menghasilkan pergeseran kualitatif, yang mengabadikan pembagian masjid secara ruang dan waktu, dan memaksakan kesucian Yahudi menuju pembangunan ‘kuil mitos’ secara praktis.”

Dia menambahkan, “Terutama setelah pembentukan pemerintahan sayap kanan, di Masjid Al-Aqsha baru-baru ini terjadi upaya yahudisasi gila-gilaan dan penerapan fakta-fakta baru di dalamnya, yang akan menyingkirkan masjid melalui kebijakan penggantian agama, dari murni kesakralan Islam menuju kesakralan agama bersama, setelah menyelesaikan ritual-ritual yang disebut dengan kebangkitan kuil moral.”

Dia menekankan bahwa masalah tersebut membutuhkan konfrontasi dan perlawanan yang tidak hanya sebatas pernyataan kecaman dan ketukan yang dilakukan dengan malu-malu dan membosankan serta memorandum protes dan mengemis di gerbang Gedung Putih dan lembaga-lembaga internasional.

sumber: infopalestina

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button