NASIONAL

Mengenang Mantan Mendiknas Yahya Muhaimin, Anies: Berkali-kali Kirim Amplop Berisi 100 Dollar

“Tiap beberapa waktu beliau selalu kirim amplop tanpa kata, berisi selembar uang 100 dolar. Uang itu bagi kami yang beasiswanya sangat pas-pasan, terasa luar biasa bernilai,” tambahnya.

Anies mengaku terakhir bertemu dengan Yahya pada April 2021 lalu saat dirinya mampir ke rumahnya di Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah.

“Saat itu mendengar kabar bahwa beliau sedang kurang sehat. Kami ngobrol, cerita banyak hal. Fisiknya memang telah lebih lemah, tapi pancaran wajahnya tetap terang, wajah jernih seorang cendikiawan yang amat-amat alim,” kata dia.

“Kemarin beliau berpulang. Allah panggil pulang seorang yang amat mulia hatinya, amat teduh akhlaknya. Pribadi yang amat dalam komitmennya untuk memajukan umat. Beliau memang dosen di UGM di Jogja, tapi selama itu pula, selalu berkiprah memajukan pendidikan di kampung halamannya di Bumiayu.” lanjut Anies.

Anies menutup kenangannya tentang Yahya Muhaimin dengan doa. “Kami yakin, insyaallah, Allahyarham Pak Yahya dimuliakan di sisiNya, dialirkan tanpa henti pahala padanya lewat ilmu dan amal jariyahnya yang luar biasa banyaknya… Kami semua adalah saksinya. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu.”

Sebagai informasi, Yahya Muhaimin adalah cendekiawan Muslim kelahiran 17 Mei 1943. Ia meraih gelar sarjana pada 1971 dari Universitas Gadjah Mada dan gelar doktor dari Massachusetts Institute of Technology pada 1982. Sebelum diangkat menjadi menteri, ia adalah dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM.

Ia menikah dengan Choifah yang kini jadi ibu empat anaknya. Ia juga menjadi kolumnis untuk beberapa majalah dan surat kabar. Selain itu ia juga menulis buku Masalah-Masalah Pembangunan Politik (1977) dan Perkembangan Militer dalam Politik di Indonesia (1982, revisi), keduanya diterbitkan oleh Gadjah Mada Press.

Sebagai tokoh Muhammadiyah, Yahya Muhaimin pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Dikti PP Muhammadiyah dan Anggota PP Muhammadiyah periode 2000-2005. Sehari-hari menjadi dosen dan guru besar serta pernah menjadi dekan di Fisipol UGM. Semasa muda ia aktif dan menjadi tokoh di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).

“Beliau adalah guru dan tokoh kami yang rendah hati, bergaul dan ramah menyapa kepada kader muda Muhammadiyah. Beliau sosok intelektual teladan yang menunjukkan kata sejalan tindakan. Meski kritis tetap rendah hati dan tidak tampak aura arogansi dengan keilmuannya yang mumpuni,” tutur Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, Rabu (09/2).

red: farah abdillah/dbs

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button