SILATURAHIM

Mengenang Perjuangan Ayahanda Mohammad Siddik: “Tugas Ini Sangat Berat”

“Saya kemudian bekerja sebagai staf lokal Bagian Pers Kedutaan Pakistan pada pagi harinya, dan sore kuliah di Fakultas Sosial Ekonomi Politik UNAS”.

Pada 1966 ia terpilih menjadi Sekretaris Jenderal Komite Pemuda Indonesia (KPI) yang berafiliasi kepada World Assembly of Youth (WAY) sebuah organisasi yang sebelum peristiwa Gestapu pernah dibubarkan oleh Bung Karno karena dianggap berafiliasi ke Barat. Komite Pemuda Indonesia (KPI) ini merupakan organisasi yang mewadahi para pemuda dan pelajar yang berhaluan kanan, anti Komunis sedangkan organisasi afiliasinya, WAY berpusat di Brussel, Belgia. Ada sekitar 17 organisasi pemuda pelajar dan mahasiswa yang bergabung dalam Komite Pemuda Indonesia anggota WAY.

Sebagai Sekjen KPI dan kepeduliannya melatih pemuda dan mahasiswa Indonesia agar bisa tampil dalam dinamika dunia internasional, Siddik kemudian mengirimkan beberapa belasan pemuda dan mahasiswa ke luar negeri termasuk di antaranya Lukman Harun (alm), Arif Rahman (tokoh pendidik), Asnawi Latif (mantan anggota DPR) ke Eropa, Umar Basalim ke India, Mansur Amin ke Srilanka. Mereka kemudian pulang dan membawa pengalaman dari apa yang mereka lihat di luar negeri. Setelah pemilu 1971 Komite Pemuda Indonesia “direkayasa” oleh GOLKAR menjadi KNPI yang menjadi jaringannya meski sebagian organisasi tidak sedia ikut masuk KNPI.

Pada 1970, setelah empat tahun menjadi Sekjen KPI, Siddik terpilih  menjadi salah satu dari lima delegasi sekaligus juru bicara delegasi Indonesia pada Kongres Pemuda Sedunia yang diadakan oleh PBB di New York dalam rangka ulang tahunnya ke-25. Dengan persetujuan Departemen Pendidikan & Kebudayaan yang menyusun delegasi RI bersama Deplu, Siddik kemudian meneruskan studi magister dalam Internasional Development Studies di Fairleigh Dickinson University, New Jersey, dan karena tidak ada beasiswa dia sempat bekerja di restoran, bahkan menjadi satpam satpam, pegawai toko buku, departemen store ia pernah jalani- untuk membiayai studinya yang diselesaikannya dalam waktu setahun.

Setelah itu, dalam rentang waktu tahun 1973 hingga 2002, ia bekerja di PBB (UNICEF) di New York, Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Jeddah dan terakhir selama hampir 18 tahun di Islamic Development Bank (IDB) juga bermarkas di Jeddah, Saudi Arabia.

Sebagai seorang staff junior di PBB pada waktu itu, Siddik  terbiasa membantu para seniornya untuk memfasilitasi beberapa kegiatan keagamaan, seperti diskusi tentang Islam, shalat Jumat berjamaah utuk staf dan delegasi yang pada awalnya menggunakan salah satu ruang serba guna yang kecil.

Ia juga biasa mempersiapkan logistik untuk pengajian rutin dan ikut menghidupkan pengajian masyarakat dan mahasiswa Muslim yang diadakan oleh Muslim Students Association (MSA) cabang Columbia University yang waktu itu ketuanya adalah Prof. Dr. Kamal Hasan, mantan Rektor University Antar Bangsa Malaysia (IIUM).

Khusus di kalangan masyarakat Indonesia Siddik mengambil inisiatif mengadakan pengajian rutin dari rumah ke rumah, yang Alhamdulillah, karena berkembang pindah ke aula Konsulat Jenderal RI di New York dan terakhir beberapa tahun yang lalu pindah ke Mesjid Komunitas Indonesia, Al Hikmah di bilangan Queens.

Dalam rangka tugasnya di PBB, Siddik pernah bertugas di Katmandhu, Nepal selama dua tahun. Waktu itu ia juga berusaha mengadakan aktifitas dakwah disana bersama teman-teman cendekiawan Muslim yang jumlahnya sangat sedikit karena Muslim disana minorias. Ketika itu tidak ada informasi yang memadai mengenai kaum Muslimin di sana terutama di pedalaman untuk bisa membuat perencanaan untuk membantu mereka.

Maka  beliaupun mengutus beberapa dosen muda pergi untuk ke pedalaman mencari data dan membuat studi sedehana tentang kaum Muslimin yang tinggal terisolir di kampung-kampung. Siddik juga ikut menyeponsori penerjemahan dan penerbitan buku-buku tentang Islam yang pada waktu itu sangat langka di daerah pegunungan tinggi Nepal.

Bertemu dengan Ulama dan Cendekiawan Dunia

Ketika Siddik muda masih menjadi pengurus di PB PII, ia pernah mengundang Dr. Inamullah Khan, Sekjen Muktamar Alam Islami untuk menghadiri Muktamar ke-12 PII di Bandung. Dalam perjalanan memenuhi undangan WAY, Siddik sempat menjadi tamu Mufti Besar Palestina, Syekh Haji Al-Amin Al-Husaini di markasanya waktu itu di Beirut-Libanon.

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button