SILATURAHIM

Mengenang Perjuangan Ayahanda Mohammad Siddik: “Tugas Ini Sangat Berat”

Pada 1968, Siddik juga berjumpa dengan Dr. Said Ramadhan tokoh Ikhwanul Muslimin di Geneva, Pangeran Hassan, ketika itu Putra Mahkota Jordan, Dr. Kamil Sharif, Sekjen Muktamar Al-Quds dan pernah menjadi Menteri di Amman Jordan, Dr. Taofiq Aweidah, Direktur jendral Urusan  Islam di Mesir, Syeikh Ali Al-Harakan, Sekjen Rabithah Al-Alam Al- Islami. Dan pertemuanya dengan para tokoh-tokoh dunia tersebut mempuyai kenangan tersendiri. Dan itu juga ia banyak berhutang budi kepada bapak-bapak di Dewan Da’wah, seperti Mohammad Natsir, Mohamamad Roem, dan bapak-bapak yang lainnya.

Membidani Kelahiran WAMY

Alhamdulillah, melaui berbagai acara pertemuan-pertemuan internasional di forum WAY (World Assemly of Youth) di Belgia Jerman pada akhir 1960-an Siddik dengan beberapa kawan mengajak delegasi Muslim dari berbagai negeri yang berafiliasi kepada WAY, seperti Anwar Ibrahim dari Malaysia untuk mendirikan semacam WAY untuk dunia Islam. Maka setelah itu Siddik dengan beberapa kawan seperjuangnnya membuat pernyataan bersama untuk menyatakan komitmen mendirikan organisassi pemuda Islam internasional sedunia.

Kebutuhan ini juga dirasakan oleh pemuda dan mahasiswa Muslim di negeri-negeri lain di luar forum WAY. Presiden Muammar Qadhafi dari Libya pada tahun 1973 pernah mengadakan konfrensi Pemuda Islam sedunia di Tripoli yang beliau sempat hadiri di samping beberapa tokoh pemuda dan mahasiswa lain dari Indonesia. namun sayang pertemuan Tripoli ini tidak berhasil karena pihak sponsor, sesuai karekternya yang revolusioner ingin menerapkan Teori Alam Ketiga, dalam Kitabul Akhdar yang juga menjadi dasar gerakan Pan Arabisme, sedangkan mayoritas delegasi menghendaki dasar Islam saja.

Sekadar untuk diketahui dasar teori alam ketiga itu, intinya adalah dunia arab, lingkaran keduanya dunia Islam, baru lingkaran terluarnya adalah negara berkembang. Baru pada kemudian pada pertemuan yang diadakan di Saudi Arabia atas inisiatif Menteri Pendidikan Tinggi Sheikh Hasan Al Sheikh, idea ini dapat direalisir dengan lahirnya World Assembly of Moslem Youth (WAMY) dimana keiatan utamannya adalah da’wah dalam pengertian mengajak atau mengundang melalui seminar, penerbitan, dan pendistribusian buku-buku, ceramah dan lain-lain.

Putra Indonesia Pertama yang menjadi Direktur IDB

Pada 1979 saat berhenti dari PBB, Siddik kemudian bekerja di Organisasi Konfrensi Islam (OKI) di Jeddah dari 1979 hingga 1984. Selama di OKI dan kemudian IDB dirinya selalu membantu gurunya yakni Allahuyarham Pak Natsir dengan mengirim informasi yang mendukung kegiatan dakwah di berbagai dunia Islam. Namun dirinya kurang puas di OKI karena tidak dapat berbuat banyak mengatasi konflik antar negeri-negeri Islam terutama Iran-Irak.

Pada 1984 ada kesempatan pindah di IDB maka setelah konsultasi Dubes RI waktu itu, Achmad Tirtosudiro, dirinya hijrah dan bekerja di sana hampir selama 18 tahun, sebahagian besar di di kantor pusat di Jeddah, empat tahun di Kuala Lumpur sebagai Direktur IDB untuk Asia Pasifik.

Setelah menyelesaikan tugas di Kuala Lumpur dirinya ditarik mengisi posisi sebagai Direktur Technical Cooperation dan ketika memasuki umur 60 tahun, dirinya mengundurkan diri karena sudah berniat akan berkiprah di tanah air. Yang menarik saat diberi tugas ia memulai dan mengembangkan program besasiswa IDB untuk masyarakat Islam minoritas diluar negeri– anggotannya terutama untuk pendidikan kedokteran, teknik, pertanian dan eksata lainnya.

IDB memilih program tersebut sebagai sebuah terobosan untuk membangun sumber daya insani-insani di negeri-negeri Muslim minoritas yang memang sangat ketinggalan. Survey yang diadakan di negeri-negeri seperti Filipina, Myanmar, Camboja, Sri Langka, Nepal, Di Asia; Ghana, Tanzania, Nigeria, Kenya, Siera Leone, Malawi dll, menunjukkan sangat sedikit atau hampir tidak ada profesi dokter, insinyur, ahli pertanian, dan profesi pembangunan lainnya yang dipegang orang Islam. Mereka tidak mau menyekolahkan anak-anaknya karena pendidikan umum sejak awal didirikan oleh para missionaris dan zending yang selalu berusaha mempengaruhi agama anak didiknya. Oleh karena itu orang tua enggan mengirim anak-anak mereka kesekolah umum. Melalui program beasiswa yang diberikan IDB selama 20 tahun terakhir sudah ada lebih dari dua ribu dokter, insinyur ahli pertanian dll.

Di negeri minoritas ini yang biasa menjadi basisi pembangunan mereka. di Indonesia dewasa ada 37 mahasiswa IDB dari Myanmar, Vietnam dan Camboja yang belajar di UGM, UI, IPB, Unibraw dll. Sedangkan yang sudah lulus dan mengabdi mencapai 100 orang. Untuk memaksimalkan produk dari program ini, yaitu lahirnya insani yang terdidik secara profesional dari berbagai negeri minoritas Muslim di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika yang mencapai 40-an negeri.

Naluri dakwah dirinya mendorong terlaksananya program conselling untuk mahasiswa yang sedang belajar. Untuk itu di setiap negeri dirinya mengangkat staf honorary conselor dari kalangan akademisi dan gerakan yang berwawasan Islami untuk terus memberikan bimbingan rohani dengan pengajian taklim setiap dua pekan minimal sebulan sekali dan mengarahkan mereka untuk terus memperkaya bekal ilmu agama dan leadership agar bila mereka kembali dapat memimpin masyarakatnya di negaranya masing-masing.

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button