Menggali Makna Revolusi Akhlak
Revolusi akhlak sesuai misi kenabian. Misi yang kata nabi, “tidakklah aku diutus ke dunia, tak lain untuk menyempurnakan akhlak.” Sebuah penanaman pondasi awal dari sebuah peradaban besar yang di catat sejarah.
Hari ini kita tengah menghadapi pergeseran moral yang akut. Degradasi moral di mana-mana. Laku yang amat menggembosi rasa keadilan dan kesejukan kita.
Bahkan, baru ini, seorang menteri ketahuan telah tinggal dirinya pernah positif corona di tahun kemarin. Betapa elite bangsa yang seyogyanya bisa menjadi teladan dalam bayangan, nyatanya adem membohongi jutaan nurani rakyat. Entah timbangan moral apa yang dipakai untuk membenarkan hal itu.
Kalau di Jepang pejabat itu itu pasti sudah menyerahkan jabatan. Simbol akhlak yang dipelihara. Moral dari rasa malu yang dibudayakan.
Kalau revolusi akhlak masih terus dicurigai, patutnya kita bertanya: apa mereka tutup mata akan realitas yang amat memekakkan rasa?
Bagi saya, alangkah baik bukan diwaspadai cita-cita luhur itu. Dukung dan bantu; kalau ada yang tak sejalan diskusikan dengan kepala dingin dan akal sehat.
Toh, itu hanya revolusi akhlak. Kita sudah terbiasa. Apalagi demokrasi bukal lebar hal demikian. Bagaimana mau fokus ke hal esensial, jika terus sibuk melacakai sesama bangsa. Ayolah, negeri butuh persatuan bukan saling perjuangan. Kalau tidak sekarang, kapan lagi? []
Pandeglang, 21/1/2021
Mahyudin An-Nafi
(Pemuda Perindu Surga)