Menggemakan Ramadhan Setiap Harinya

Ramadhan berlalu penyesalan yang tiba, begitulah opini-opini yang beredar di kalangan muslimin yang telah melalui bulan Ramadhan.
Tidak dipungkiri, Ramadhan memberikan dampat peningkatan ruhiyah dan pembiasaan-pembiasaan altivitas ketaatan yang dirasakan berat di luar bulan Ramadhan seperti membaca Al-Qur’an dan berpuasa.
Para alim ulama sebenarnya telah mewanti-wanti untuk muslimin di masa depan untuk menjadi umat yang madhani bukan umat ramdhani. Senada dengan kalam seorang ulama saleh, Bisyr al-Hafi rahimahullaah, suatu waktu berkata:
بئس القوم لا يعرفون لله حقا إلا في شهر رمضان إن الصالح الذي يتعبد و يجتهد السنة كلها
“Seburuk-buruk kaum adalah yang tidak mengenal hak Allah, kecuali hanya pada bulan Ramadhan saja. Sungguh seorang yang benar-benar shalih itu adalah orang yang istiqamah beribadah dan bersungguh-sungguh (taat kepada Allah SWT) sepanjang tahun.” (Ibnu Rajab, Lathaa’if al-Ma’aarif, hlm. 222).
Tentu selama ruh masih bersemayam dalam tubuh, tidak pernah ada kata terlambat untuk melakukan gebrakan baru menjadi pribadi yang mempertahanakan keistiqamahan. Tidak mewajarkan diri menjadi umat Ramadhani yang seharusnya adalah keistiqamahan setiap hari. Sebagaimana firman Allah ta’ala dan hadist Rasul-Nya:
قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ، ثُمَّ اسْتَقِمْ
“Katakanlah, “Aku beriman kepada Allah.” Kemudian beristiqamahlah!” (HR Muslim).
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS al-Fushshilat [41]: 30).
Beberapa ulama telah memberikan tipsnya dalam menjaga keistiqamahan, namun yang perlu menjadi catatan untuk kita ataupun kaum muslimin secara umumnya adalah kekuataan penopang ketaatan kaum muslim itu sendiri, setidaknya perlu dijaga melalui tiga pilar pengokoh:
Pilar pertama, mejadikan diri kita sebagai pribadi muslim yang bertakwa. Secara mandiri kita bisa menerapkan tips dari tingkat dasar seperti menjaga niat atau motivasi kita melakukan suatu perbuatan, memahami Al-Qur’an dan mengamalkannya hingga menjaga dari lingkungan yang dikenal gen-Z kata “toxic” untuk menjauhkan kita dari ketaatan. Sebagaimana reminder dari Rasulullah Saw;