Menghidupkan Kembali Hati yang Telah Mati
Begitu pula, terkadang kita terjerumus dalam kemaksiatan, padahal hati kita tidak ingin melakukannya. Namun, semakin berusaha kita lepas, semakin kuat jerat maksiat itu mengikat. Inilah fase dimana Allah Ta’ala mungkin belum ridha kita melakukan ketaatan atau mungkin ingin menguji; apakah kita bahagia melakukan kemaksiatan itu ataukah kita benar-benar membencinya.
Inilah hakikat Allah Rabbul Izzati berada di antara diri dan kalbu kita sendiri. Allah Ta’ala Mahatahu apa yang sebenarnya ada dalam hati kita, bahkan tahu sesuatu yang kita ingkari sekalipun. Allah Yang Mahaagung hanya ingin tahu, apakah kita benar-benar ingin keluar dari kemaksiatan dan benar-benar berontak ingin lepas dari maksiat tersebut; atau masih ada setitik ruang hati yang menerima kemaksiatan itu.
Yang Allah Al-Lathif inginkan, sejatinya hanyalah kejujuran yang ada dalam hati kita. Apa yang ada di dalam hati, sebenarnya Allah sudah tahu semuanya. Namun, kejujuran, keberserahan, dan keinginan untuk bangkit keluar dari kemaksiatan-lah yang Allah inginkan. Allah Azza Wajalla hanya akan menarik keluar hamba-Nya dari kubangan dosa, manakala ia ingin meninggalkan. Bila seorang hamba masih “menikmati”, maka sekeras apa pun mulutnya menjerit meminta tolong dan bertaubat, makai sampai kapan pun ia akan tetap dalam kondisi itu. Karena, menaati Allah sejatinya ada di dalam hati dan pembuktian lewat perbuatan, bukan dengan perkataan.
Berhati-hatilah dengan kondisi kalbu kita. Bila terlalu lama menikmati dosa, maka tentu hidup kita semakin kehilangan cahaya dan menderita. Lantas apa yang harus kita lakukan agar hati kita tidak terlalai dalam dosa dan bangkit dari “kematiannya”?
Berdoalah selalu, “Yaa Muqollibal quluub, tsabbit qolbii ‘alaa diinik.” Mohonlah Allah Azza wa Jalla selalu memberikan keteguhan hati di atas Ad-Diin ini karena Dialah Yang Mahakuasa untuk membolak-balikkan hati hamba-Nya untuk taat atau untuk beralih.
Ingatlah kata kuncinya, bahwa iman akan bertambah dengan ketaatan dan iman akan menurun dengan kemaksiatan. Maka, barang siapa yang imannya sedang menurun dan hatinya sedang “mati” dalam perangkap maksiat, bangkitlah dengan agenda-agenda ketaatan. Inilah “pemberontakan” yang akan membebaskan diri. Inilah “pemberontakan” yang akan menyebabkan datangnya pertolongan Allah Yang Mahaperkasa.
Berontaklah dari jerat maksiat dengan bergegas melakukan hal yang mendekatkan pada taat. Sucikanlah diri dengan wudhu, dirikan shalat, ambil Al-Qur’an dan bacalah. Lanjutkan dengan dzikir memohon pertolongan Allah SWT dan yakinkanlah Dia bahwa hati kita sungguh ingin hidup kembali dengan cahaya-Nya.
Lanjutkanlah dengan doa,“Ya musharrifal qulub, sharrif qalbi ila to’atika” yang artinya “Wahai Dzat yang mengarahkan hati, arahkan hatiku untuk taat kepada-Mu”. Ini sangat penting, agar Allah Ar-Rahiim berkenan untuk menjaga hati kita tetap tegak dan mengarahkannya tetap dalam Diin-Nya yang lurus.
Fokuskanlah diri untuk senantiasa “terlihat” di hadapan-Nya. Agar Ia berkenan untuk menjaga kita senantiasa istiqamah, tidak terhalang kebodohan, dan terjerat maksiat lagi. Sehingga kita sepenuhnya kembali kepada Allah Ar-Rahiim, mendapatkan ridha dan ampunan-Nya. Aamiin Allahumma Aamiin.[]
KH Bachtiar Nasir, Pimpinan AQL Islamic Center, Jakarta.