Meniti Jalan Takwa
Takwa, satu kata yang terlintas dalam benak adalah bentuk ketaatan kepada Allah. Pengertian takwa secara umum yakni menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Kata takwa, mudah untuk diucapkan tapi penuh perjuangan untuk mewujudkannya. Untuk itu harus punya tekad yang kuat untuk menjalankannya, niat yang ikhlas untuk melaksanakannya, membutuhkan motivasi yang besar untuk mengimplementasikannya.
Tekad yang kuat lahir dari kesadaran hubungan kita dengan Allah. Niat yang ikhlas muncul dari pemahaman bahwa segala amal perbuatan yang kita lakukan hanya untuk menggapai ridha-Nya. Dan motivasi yang besar terdorong bahwa apa yang kita kerjakan di dunia ini kelak akan dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT.
Sebagai seorang Muslim sejati, tentunya ingin segala amal perbuatan dicatat sebagai amal baik di sisi Allah. Itulah sebabnya mengapa kita harus bertakwa kepada Allah, menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Kita tidak ingin kelak di kemudian hari, di mana tangan dan kaki serta seluruh anggota tubuh menjadi saksi, hari amal dihisab, kita datang di hadapan-Nya tidak membawa amal baik sama sekali, naudzubillah.
Sungguhlah amat rugi orang-orang yang ketika datang di hadapan Allah nanti di hari penghisaban membawa amal perbuatan yang tidak mendatangkan faedah baginya. Untuk itu sangatlah penting bagi seorang Muslim memperhatikan urusannya ini terkait dengan ketakwaan-Nya di sisi Allah.
Bagi yang telah mengazamkan diri meniti jalan takwa, jangan sedikit pun lalai dan terlena dengan jalan lain yang dapat membelokkan arah dan tujuan. Meniti jalan takwa ini tidaklah mudah karena hanya bisa dilalui oleh orang-orang yang fokus menjadikan negeri akhirat sebagai tempat kembali dan menjadikan dunia sebagai persinggahan. Maka sesungguhnya kita hanya punya waktu yang pendek untuk meniti jalan ini. Jalan takwa bisa menghantarkan kepada sebaik-baik tempat kembali, yaitu surga yang luasnya seluas langit dan bumi.
Agar bisa meniti jalan takwa, maka amalan yang bisa dilakukan untuk menapakinya, salah satunya mendirikan shalat. Shalat adalah salah satu amalan bagi orang yang bertakwa. Shalat adalah amalan yang pertama kali akan dihisab kelak di akhirat. Sehingga menegakkan shalat sebuah keniscayaan bagi orang-orang yang bertakwa.
Tanda berikutnya yakni berpegang teguh dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 2 disampaikan bahwa kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.
Dan di dalam Qur’an surah adz-Dzariyat ayat 56 Allah berfirman yang artinya, “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.”
Dengan ayat ini kita memahami bahwa kehidupan ini bukanlah sekadar main-main atau bersenda gurau semata. Hidup di dunia untuk beribadah kepada Allah, baik ibadah dalam arti khusus (ibadah mahdhah), menjalankan ibadah ritual kita kepada Allah maupun ibadah dalam arti umum (segala aktivitas dalam rangka mencari rida Allah, termasuk di dalamnya muamalah dengan sesama manusia). Ini adalah sebuah pesan bagi kita yang untuk senantiasa bertakwa kepada Allah.
Agar ketakwaan kepada Allah tak luntur dari waktu ke waktu, sangat penting menjaga keistiqamahan dalam pelaksanaannya. Istiqamah ini menjadi wajib dilakukan supaya tetap dalam ketaatan kepada Allah secara terus-menerus. Menjaga ketaatan di atas jalan yang lurus, komitmen terhadap dua kalimat syahadat dan ketauhidan hingga kita bertemu Allah nanti di akhirat kelak. Dengan tetap istiqamah meniti jalan takwa akan membuat ringan menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Hal ini membuat kita tidak ada beban.
Beriman dan bertakwa kepada Allah merupakan hal penting bagi seorang Muslim. Seseorang yang tidak beriman dan tidak bertakwa kepada Allah akan mengakibatkan pelakunya di azab oleh Allah di akhirat kelak. Selain itu, seseorang yang tidak beriman dan tidak bertakwa, tidak akan mendapat petunjuk sehingga akan terjerumus kepada jalan kesesatan. Kesesatan yang nyata adalah kecintaan akan dunia yang sangat besar sehingga seolah-olah merasa bahwa hidup di dunia adalah hidup yang abadi. Dengan sifat yang cinta akan dunia ini maka pelakunya akan menjadi pribadi yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu, naudzubillah.