Meniti Kembali Jalan Kebangkitan
Alhamdulillah, Jumat 16 Juni 2023 pukul 06.00-07.15 WIB saya sempat menghadiri acara Pengajian Jumat Pagi KBPII ke-94. Pada acara yang bertema “Jalan Kebangkitan Suatu Bangsa” ini mengahdirkan narasumber tunggal Ustadz Dr. H. Adian Husaini, M.A. (Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia). Pada awalnya saya hendak menghadiri acara serupa melalui zoom meeting, namun pada akhirnya saya memilih mengikuti acara ini karena temanya sangat menarik dan penting.
Pada kesempatan ini Doktor Adian mengulas secara sepintas tentang peradaban Barat dan peradaban Islam. Secara khusus penulis buku “Wajah Peradaban Barat” ini menjelaskan betapa besar jasa peradaban Islam bagi peradaban Barat. Sehingga tak sedikit penulis Barat yang menulis tentang jasa Islam pada peradaban Barat yang tak akan mampu mereka ganti atau balas. Intinya, peradaban Barat berutang besar pada Islam dan peradaban Islam. Utang ini takkan mampu mereka bayar lunas, selamanya, sampai kapan pun.
Dalam konteks Indonesia, Doktor Adian mengulas sepintas tentang kontribusi para tokoh muslim bagi kemerdekaan bahkan kelak bagi kemajuan bangsa Indonesia. Generasi KH. Agus Salim, Ustadz Ahmad Hasan, Pak Mohamad Natsir, Bung Karno, Bung Hatta, Jenderal Soedirman dan tokoh lainnya adalah generasi yang terdidik oleh nilai-nilai luhur Islam. Sehingga mereka sukses melakoni peranan sejarah yang sangat gemilang, bahkan menjadi inspirasi bagi kita dan para aktivis lintas negara di negara Asia Tenggara dan sekitarnya.
Kunci penting generasi muslim dari zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga generasi pejuang kemerdekaan adalah pendidikan. Bila para sahabat dididik oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam, maka para ulama berikutnya dididik oleh para sahabat. Lalu selanjutnya, antar generasi saling mendidik dan mewariskan nilai-nilai luhur melalui tradisi keilmuan sekaligus keteladanan yang sangat tinggi.
Para pejuang kemerdekaan Indonesia juga demikian, mereka dididik oleh para ulama generasi sebelum mereka. Mereka dididik oleh kakak atau leluhur dan orangtua mereka melalui proses pendidikan keluarga yang sangat matang dan jenial. Sehingga tak sedikit diantara mereka yang tidak menempuh pendidikan formal namun memiliki pengetahuan tinggi yang gemilang. Kuncinya adalah pendidikan dan keteladanan para guru sekaligus keluarga terutama orangtua.
Dalam pandangan Doktor Adian, diantara kunci kebangkitan sebuah bangsa bahkan peradaban adalah sebagai berikut. Pertama, proses pendidikan. Islam memiliki pengalaman sejarah yang gemilang perihal proses pendidikan. Bukan saja terkenal dengan sistem pendidikan formalnya, Islam pun terkenal dengan pendidikan keluarganya. Sehingga terlahir para ulama dan generasi pejuang yang sangat terkenal. Bahkan kala itu peradaban Islam mampu melahirkan generasi jenial, bahkan melahirkan generasi jenial pada setiap zamannya.
Kedua, keilmuan dan keteladanan guru. Para ulama dan generasi muslim setiap zaman adalah sebuah barisan generasi yang memiliki standar keilmuan dan jiwa aktivisme tertentu. Mereka bukan saja menguasai satu mata ilmu tapi banyak mata ilmu. Pendalaman mereka terhadap ilmu pun sangat serius dan mendalam. Guru mereka juga sangat menguasai berbagai macam ilmu yang diajarkan kepada murid mereka. Sehingga generasi mereka benar-benar terdidik dengan basis ilmu dan keteladanan yang sangat tinggi.
Ketiga, memiliki visi dan misi perjuangan. Para pendahulu kita adalah para pejuang sejati. Mereka memiliki cita-cita mulia yaitu mendakwahkan Islam ke seluruh penjuru Nusantara bahkan dunia. Satu hal yang unik, mereka menjalankan dakwah dengan cara yang jenial dan unik. Mereka menebar Islam ke berbagai penjuru dengan ilmu dan keteladanan atau akhlak baik. Mereka cinta ilmu dan cinta perjuangan, tidak mengejar jabatan dan dunia. Dan mereka sukses menjalankan peran dakwah yang gemilang. Sehingga Indonesia kini menjadi negara besar di dunia.
Keempat, tidak menjebak diri pada berbagai fitnah dunia. Menurut Doktor Adian, diantara ujian terbesar para pejuang muslim adalah cinta dunia. Bila menelisik sejarah, tak sedikit diantara umat Islam yang tergoda dengan jabatan dan materi. Namun bukan berarti generasi muslim semuanya tergoda dengan ujian dunia. Sebab selalu ada lapisan generasi yang mampu menjadi penjaga garis depan secara utuh barisan generasinya sehingga mampu melewati berbagai ujian. Karena itu, para pejuang muslim selalu terjaga dan saling membantu dalam beragam profesinya. Satu profesi dengan profesi lain saling menopang untuk mencapai cita-cita muli.
Kelima, menyeimbangkan antara intelektualisme dan aktivisme. Menurut Doktor Adian, hampir seluruh pejuang kemerdekaan adalah pembelajar sejati. Mereka tidak saja memiliki jiwa pejuang tapi juga tradisi keilmuan yang sangat tinggi. Mereka mampu menjalankan dua tradisi tersebut secara seimbang. Mereka berjuang dengan ilmu dan kesadaran perjuangan yang sangat tinggi. Ilmu yang mereka miliki pun sangat luas dan mendalam bahkan menyentuh persoalan umat atau masyarakat lintas zaman. Mereka menjadi teladan dan rujukan generasi lintas generasi.
Bila ditelisik, kunci utama proses belajar generasi ini adalah memiliki niat yang baik, kejelasan pandangan hidup, memiliki pengetahuan sejarah, paham konsep ilmu, kemampuan menulis dan sebagainya. Sehingga Ustadz Ahmad Hasan, Bung Karno, Pak Mohamad Natsir dan sebagainya mampu menjadi pejuang yang memiliki gagasan dan kemampuan bernarasi yang sangat tinggi. Pesannya jelas, bila kita ingin melahirkan generasi gemilang maka diperlukan proses belajar dan pengkaderan yang berkelanjutan dengan kurikulum yang baik.
Saya pada dasarnya ada banyak poin penting yang disampaikan oleh Doktor Adian pada momentum yang dihadiri oleh sekitar 100-an lebih peserta ini. Hanya saja saya memiliki keterbatasan untuk mendengar, menyimak dan mencatat poin penting lain yang beliau sampaikan. Satu hal yang sangat penting disampaikan oleh Dokter Adian bahwa seluruh perjuangan kita tidak akan menjadi dan berdampak apa-apa kecuali karena pertolongan Allah. Pertolongan Allah selalu datang pada siapapun yang ikhlas berjuang dan meniti perjuangan dengan pengorbanan yang tinggi serta banyak bertaubat sekaligus memohon ampun kepada Allah. []
Syamsudin Kadir, Penulis Buku “Islam dan Ilmu Pengetahuan”