Menjadi Pribadi yang Selalu Melihat Kebaikan Orang Lain
Seseorang berbuat baik, mungkin bukan karena ada rasa yang spesial untuk kita. Mungkin ia memang suka berbuat baik kepada siapa pun. Dia paham betul tentang arti sebuah kebaikan yang dilakukan, selain sebagai tabungan pahala diakhirat kelak, namun sekaligus buahnya akan dipetik didunia dan bukan hanya yang melakukan yang mendapatkannya, keluarga anak keturunan pun akan mendapatkan imbas dari kebaikan yang dilakukannya.
Menjadi pribadi yang senantiasa bersyukur karena apapun yang dinikmati saat ini bisa jadi andil dari beberapa orang disekitarnya, bisa berupa materi, tenaga juga doa. Seseorang yang tidak tahu terima kasih kepada manusia yang telah berbuat baik padanya, maka ia juga amat sulit bersyukur kepada Allah Ta’ala. Karena Allah tidaklah menerima syukur hamba sampai ia berbuat baik dengan berterima kasih pada orang yang telah berbuat baik padanya.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ
“Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih pada manusia.” (HR. Abu Daud no. 4811 dan Tirmidzi no. 1954).
Didalam hadits yang lain,
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ أُعْطِىَ عَطَاءً فَوَجَدَ فَلْيَجْزِ بِهِ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَلْيُثْنِ بِهِ فَمَنْ أَثْنَى بِهِ فَقَدْ شَكَرَهُ وَمَنْ كَتَمَهُ فَقَدْ كَفَرَهُ ».
Artinya: “Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang diberikan sebuah hadiah, lalu ia mendapati kecukupan maka hendaknya ia membalasnya, jika ia tidak mendapati maka pujilah ia, barangsiapa yang memujinya, maka sungguh ia telah bersyukur kepadanya, barangsiapa menyembunyikannya sungguh ia telah kufur.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 617).
Nu’man bin Basyir r.a. menuturkan, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam telah menyatakan:
من لم يشكر القليل لم يشكر الكثير ومن لم يشكر الناس لم يشكر الله . والتحدث بنعمة الله شكر وتركها كفر والجماعة رحمة والفرقة عذاب
“Orang yang tidak mensyukuri yang sedikit ia tidak akan mensyukuri yang banyak. Orang yang tidak kenal terima kasih kepada sesama manusia, ia tidak mengenal syukur kepada Allah. Berbicara tentang nikmat Allah sama dengan bersyukur, dan meninggalkan pembicaraan nikmat Allah adalah kufur. Berjamaah adalah rahmat dan bercerai-berai adalah azab.” (Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Ahmad dan oleh Ibnu ‘Abid-Dunya).
Balaslah dengan ucapan kata kata yang membuat bahagia untuk mereka yang telah memberikan banyak kebaikan kepada kita, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ فَقَالَ لِفَاعِلِهِ جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا فَقَدْ أَبْلَغَ فِى الثَّنَاءِ
Barangsiapa diperlakukan baik oleh orang lain kemudian ia berkata kepadanya “jazaakallah khairan” (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), maka ia telah memujinya dengan setinggi-tingginya. (HR. Tirmidzi, Al Albani berkata: “shahih”)
Membalas kebaikan orang sangat banyak ragam dan bentuknya. Tentu saja setiap orang membalas sesuai dengan keadaan dan kemampuannya. Jika seseorang membalas dengan yang sepadan atau lebih baik, inilah yang diharapkan. Jika tidak maka memuji orang yang memberi di hadapan orang lain, mendoakan kebaikan dan memintakan ampunan baginya, juga merupakan bentuk membalas kebaikan orang.
Wallahu a’lam
Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia