Menjaga Kesehatan Mental Ibu
Proses kelahiran yang lancar, kondisi ekonomi keluarga dalam keadaan baik, serta keluarga yang senantiasa mendukung dan selalu menyemangati tentu menjadi dambaan setiap ibu yang akan melahirkan. Karena kondisi sang ibu yang melahirkan sangat rentan dengan gangguan mental.
Memang, seorang ibu, terutama ibu muda pasca-melahirkan biasanya akan terganggu kesehatan mentalnya atau akan mengalami konflik kehidupan. Pasalnya, kehidupan seorang wanita ketika menikah, melahirkan dan punya anak otomatis aktivitasnya akan berubah total.
Setelah proses melahirkan, tentu saja seorang wanita mempunyai peran baru yang harus dilakukannya, yaitu menjadi seorang ibu yang harus mengurus bayinya. Selain itu ia harus mengurus suami dan mengurus rumah juga.
Yang pasti ia akan dihadapkan dengan berbagai aktivitas yang jauh lebih kompleks. Di antaranya waktu tidur yang tidak menentu, kurangnya istirahat dan banyak yang lainnya. Sehingga beban yang harus dipikirkan dan dilakukan semakin banyak.
Maka, rentan sekali mengalami gangguan mental. Baby blues (perasaan sedih yang dialami banyak wanita di masa-masa awal setelah melahirkan) dan postpartum depression (depresi yang terjadi setelah melahirkan) merupakan dua kondisi yang sering terjadi pada ibu pasca-melahirkan.
Walaupun keduanya sama-sama gangguan mental, tapi berbeda tingkat keparahannya. Hal tersebut diungkap dr. Verury Verona Handayani sebagaimana dilansir halodoc.com. Menurutnya, baby blues merupakan gangguan mental yang lebih ringan, lebih disebabkan oleh perubahan fisiologis yang dialami ibu setelah melahirkan. Salah satu tandanya ada perubahan emosi yang cukup signifikan dari naik turunnya emosi, sensitif, sedih, mudah lupa, dan stres ketika bayi lahir.
Ia pun akan cemas atau takut tidak bisa merawat bayinya dengan baik. Padahal ia bisa mengasuh anaknya atau melakukan kegiatan sehari-hari. Baby blues umumnya muncul mulai dua sampai tiga hari setelah melahirkan atau bahkan bisa sepekan.
Adapun ibu yang memiliki postpartum depression gangguannya lebih serius biasanya merasa kehilangan nafsu makan atau justru makan berlebihan, mengalami kesulitan tidur atau justru tidur berlebihan. Dan ia akan merasakan kelelahan yang berarti dan tidak berenergi meskipun sudah beristirahat dengan cukup.
Sang ibu juga merasakan rasa malu, bersalah, dan penurunan kepercayaan diri, merasa kesulitan merasa bahagia atas kelahiran bayinya, sering muram, bahkan kehilangan minat untuk mengerjakan aktivitas sehari-hari. Beberapa ibu bahkan memiliki pemikiran untuk menyakiti dirinya sendiri atau bayinya. Gejala ini bisa dialami paling sedikit sebulan dan dapat bertahan hingga setahun setelah melahirkan.
Gangguan ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor psikososial seperti stres berlebih yang dialami ibu yang dikombinasi dengan perubahan hormon, kehidupan yang sulit, dan masalah lainnya.
Itulah perbedaan antara keduanya. Walaupun baby blues kondisi gangguan mentalnya lebih ringan daripada postpartum depression, tapi tetap saja keduanya harus ditangani dengan serius, apalagi ditambah masalah lainnya akan berakibat fatal yakni bisa mencelakai sang ibu dan bayinya juga.
Pasalnya, bagi ibu yang mengalami kondisi mental seperti itu, ditambah masalah internal keluarga, seperti kekurangan ekonomi, suami tidak perhatian, keluarga yang tidak peduli dan lain sebagainya akan mengakibatkan perilaku sang ibu di luar nalar. Bahkan parahnya bisa menghilangkan nyawa bayinya dan dirinya. Ngeri!