Menjelajahi Kedalaman Bahasa Arab: Lebih dari Sekadar Terjemahan Kata

Dengan demikian makna mewujudkan yang dikandung oleh kata Khalaqa (خلق) lebih umum dengan mencakup bahan yang digunakan sudah ada sebelumnya atau belum ada. Dan juga kesan yang didapatkan oleh kata ini adalah kehebatan yang mewujudkan suatu hal. Sementara itu, makna yang dikandung oleh kata ja’ala (جعل) lebih khusus dengan hanya mencakup bahan yang digunakan sudah ada dan kesan yang didapatkan dalam penggunaan kata itu tidak seluar biasa atau sehebat kata Khalaqa (خلق).
Dalam konteks kehidupan, kita jarang—bahkan tidak menemukan narasi khalaqa (خلق) untuk menginformasikan seseorang yang melakukan inovasi. Misalnya, apabila Zaid membuat roti dari gandum, maka narasinya bukan khalaqa Zayd ar-raghifa min al-burr (خلق زيد الرغيف من البر), tapi yang sesuai adalah ja’ala Zayd ar-raghifa min al-burr (جعل زيد الرغيف من البر) atau ja’ala Zayd al-burra raghifan (جعل زيد البر رغيفا). Sebab, bahan yang digunakan Zaid untuk membuat roti sudah ada, dan juga yang mahir membuat roti tidak hanya Zaid, namun ada Umar, Ali, dsb. Jadi, kesannya biasa-biasa saja jika Zaid mahir membuat roti.
Oleh karena itu, di dalam Al-Asmā’ Al-ḥusnā (nama-nama Allah yang baik), Allah tidak memiliki nama Al-Jā’il (الجاعل), namun Allah hanya memiliki nama Al-Khāliq (الخالق). Sebab apa yang Allah ciptakan di alam semesta selalu, baik dari bahan yang sudah ada atau belum ada, selalu luar biasa dan hebat. Selalu baru, bukan hasil inovasi.
Bukankah manusia menciptakan komputer karena terinspirasi dari cara kerja otak manusia? Bukankah manusia menciptakan mesin kendaraan juga terinspirasi dari sistem pencernaan manusia? Bukankah AI diciptakan manusia terinspirasi dari bagaimana cara kerja otak manusia dalam mengolah data? Bukankah pesawat dan helikopter diciptakan manusia terinspirasi dari cara kerja burung dan capung?
Sesungguhnya yang apa diciptakan manusia itu biasa-biasa saja. Sesungguhnya yang luar biasa itu adalah sumber inspirasi itu, yakni manusia dengan otak dan sistem pencernaannya, burung dan capung bagaimana ia diciptakan.
Simpulan
Memahami dan menggunakan Bahasa Arab dengan tepat—terutama karena satu kata bisa memiliki banyak makna (musytarak)—membutuhkan pemahaman mendalam terhadap konteks pembicaraan (siyāqul kalām). Konteks adalah kunci untuk memilih kata yang paling sesuai agar makna yang disampaikan akurat.
Dalam hal ini, terdapat dua poin penting:
- Mengutamakan Konteks Keadaan: Pahami situasi, kondisi, atau informasi yang melingkupi sebuah kalimat atau percakapan. Hal ini memungkinkan Anda untuk memilih kata yang benar-benar mewakili maksud yang ingin disampaikan.
- Memilih Kata yang Tepat: Setelah konteks dipahami, gunakan kata Bahasa Arab yang paling sesuai dengan merujuk pada makna spesifiknya, bukan hanya terjemahan umumnya. Contohnya adalah perbedaan makna antara ijlis (اجلس) dan uq’ud (اقعد) yang sama-sama berarti “duduklah,” tetapi digunakan untuk kondisi yang berbeda.
Demikian, Wallāhu a’lam.
Zuhaili Zulfa, Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.