‘Mensos Lama’ Dibui, ‘Mensos Baru’ Dibully
Wilayah mensos itu nasional, bukan sebatas DKI. Tugas mensos itu membantu menyejahterakan rakyat miskin, bukan mengumpulkan gelandangan.
Baca juga: Mensos Risma Mau Jatuhkan Gubernur Anies Lewat Gelandangan Palsu?
Mengawali pendataan warga miskin, mencari faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kemiskinan, lalu merumuskan program pengentasan kemiskinan. Memastikan anak buah bergerak mengikuti juklak dan juknisnya, ini tugas mensos. Gelandang adalah sedikit dari jumlah orang miskin. Di luar Jakarta, angka kemiskinan lebih besar. Artinya, mereka menunggu ibu mensos dengan bantuan-bantuan yang tepat dan betul-betul sampai ke tangan mereka.
Ukuran keberhasilan mensos bukan pada berapa kali ia bertemu dengan para gelandangan itu. Bukan pula berapa besar bantuan yang diberikan kepada para gelandangan itu. Apalagi cuma ongkos pulang kampung. Bukan! Sama sekali tidak bisa jadi ukuran.
Sukses tidaknya mensos akan diukur seberapa besar angka kemiskinan itu turun, dan seberapa besar tingkat kesejahteraan masyarakat miskin mengalami perkembangan. Setahun, dua tahun, tiga tahun, bisa diukur datanya. Data-data itu bisa menjadi alat yang efektif jika mau dipakai untuk branding.
Tentu, kemiskinan bukan tanggung jawab mensos sendirian. Ada kepala daerah. Dalam skala yang lebih makro, ada menko perekonomian. Karena itu, perlu kolaborasi dan sinergi semua pihak. Gak efektif jika berjalan sendiri-sendiri. Kalau maksain untuk jalan sendiri, data tak valid, sasaran bisa gak tepat, program jadi gak terukur. Akibatnya, menteri pun dibully. Ini konsekuensi dari salah sasaran. Salah sasaran atau salah pencitraan? Ah, terserah lu aja deh!
Jakarta, 7 Januari 2021
Tony Rosyid
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa