Menyambut 50 Tahun Hidayatullah
Hidayatullah tidak perlu silau dengan jumlah massa. Sebab, di mana pun, “fiah qalilah” yang berkualitas tinggi jauh lebih berharga ketimbang massa yang berjubel tetapi berkualitas rendah. Dengan kemandiriannya di bidang ekonomi, Kampus-kampus Hidayatullah, seyogyanya berfalsafah untuk melahirkan “singa-singa peradaban”. Singa, meskipun anaknya berjumlah sedikit, tetapi jauh lebih berharga dibandingkan dengan anak babi yang jumlahnya berjubel.
Selama ini, Hidayatullah juga memiliki kemampuan yang lumayan tinggi di bidang media. Opini yang dibangun oleh sejumlah media Hidayatullah telah berjasa besar dalam membentuk corak pemikiran Islam di Indonesia. Begitu juga media-media massa Hidayatullah telah berperan penting dalam pelaksanaan aktivitas amar ma’ruf nahi munkar.
Walhasil, dalam usian ke-50 tahun, kini, Hidayatullah perlu melakukan ‘muhasabah’ dan perenungan diri secara menyeluruh. Perlu ditelaah dengan cermat, prestasi-prestasi dan kegagalan-kegagalan apa saja yang telah diraih dan dialami oleh Hidayatullah.
Hidayatullah juga perlu mempertajam rumusan tujuan dan merumuskan peta jalan menuju titik tujuan tersebut. Sekedar catatan, dalam Kongres Zionis pertama, tahun 1897, tokoh Zionis Yahudi, Theodore Herzl menggoreskan catatan harian, bahwa Negara Yahudi akan berdiri 50 tahun lagi. Akhirnya, negara Yahudi Israel terwujud pada 14 Mei 1948 (50 tahun 3 bulan dari tahun 1897).
Di usia ke-50 tahun, Hidayatullah memiliki potensi dan peluang besar untuk menjadi “imam” dalam perjuangan mewujudkan peradaban Islam di bumi Nusantara. Kita doakan, semoga Allah SWT memberikan bimbingan dan perlindungan kepada para pimpinan dan kader-kader Hidayatullah. Aamin.
Depok, 8 Agustus 2021
Dr. Adian Husaini
(www.adianhusaini.id)