Menyoal Subsidi Mobil Listrik
Inilah potret pengurusan rakyat ala sistem kapitalisme. Pro pemilik modal atau para kapital yang memberinya modal saat kontestasi. Sebaliknya, mengabaikan kepentingan rakyat. Asas sekuler telah membuat para pejabat negeri tak merasa bersalah saat berbuat tidak adil. Orientasi materi telah menjadikan penguasa negeri selalu mengikuti kemauan para pemilik modal dibandingkan memenuhi kebutuhan rakyat.
Rakyat bukan prioritas bagi pejabat di sistem kapitalisme. Buktinya, lebih memilih memberi subsidi mobil listrik kepada para pejabat. Yang kaya makin kaya dan yang miskin semakin miskin. Menyedihkan.
Subsidi dalam Pandangan Islam
Islam membolehkan subsidi, dalam makna pemberian negara kepada rakyat. Namun ada perbedaan mendasar tentang peran negara antara sistem kapitalisme dan Islam. Dalam Islam, negara wajib melayani rakyat. Rasulullah Saw: “Imam (pemimpin) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari).
Landasan akidah menjadikan pemimpin di sistem Islam bersikap adil dalam setiap kebijakannya. Siapapun yang berstatus rakyat, baik miskin ataupun kaya, muslim ataupun non muslim, akan dijamin kebutuhan asasinya selayaknya manusia. Ini yang tak ditemukan di sistem kapitalisme.
Dengan sistem ekonomi Islam, SDA yang memiliki potensi manfaat yang besar, dikelola oleh negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dalam Islam, negara diharamkan mengambil keuntungan sepeser pun dari pengelolaan SDA itu. Dan haram pula menyerahkan pengelolaannya kepada individu ataupun korporasi.
Hasil pengelolaan SDA dikembalikan kepada rakyat. Bisa dalam bentuk BBM yang murah bahkan gratis. Bisa untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, keamanan dan infrastruktur. Bisa juga untuk memberi subsidi kepada rakyat. Sungguh jauh berbeda dengan pengelolaan SDA di sistem kapitalis yang hanya dirasakan manfaatnya oleh segelintir orang yaitu para kapital.
Demikianlah, dengan pemimpin yang bertakwa, di sistem yang berlandaskan akidah, setiap individu rakyat akan terjamin keadilan dan kesejahteraannya. Wallahu a’lam []
Mahrita Julia Hapsari, Pegiat Literasi