Menyucikan Hati
Dalam hadits yang mulia ini dengan tegas Rasulullah Saw mengabarkan bahwa hati merupakan poros yang mengatur baik tidaknya kepribadian seseorang sehingga tidak ada pilihan bagi siapa pun yang mendambakan keselamatan dan keberuntungan baik di dunia maupun di akhirat melainkan dengan cara menyucikan jiwa (hati)nya dari keruhnya dosa dan maksiat. Allah SWT berfirman:
قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّىٰهَا وَقَدۡ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams [91]: 9-10)
Kiat Meraih Hati yang Bersih
Meraih ketenangan jiwa dengan hati yang bersih merupakan harapan dan dambaan setiap insan yang masih memiliki fitrah dan naluri yang lurus, namun bagaimana kita dapat memperolehnya? Sesungguhnya kiat-kiat tersebut telah terukir di dalam al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah Saw di antaranya:
Dzikir (mengingat) Allah SWT
Dzikir kepada Allah merupakan kebutuhan primer bagi hati setiap manusia. Hidup dan tidaknya hati seseorang sangat tergantung pada sering dan tidaknya ia berdzikir kepada Allah SWT. Syaikh Majdi bin Abdil Wahhab Hafidhohullah ta’ala berkata, “Tidak diragukan lagi bahwasanya hati akan berkarat sebagaimana besi berkarat, dan cara membersihkannya adalah dengan berzikir kepada Allah sampai putih bersih seperti kilatan cermin, namun apabila dzikir ditinggalkan maka hati pun akan kembali kotor berkarat.”
Menghayati (tadabbur) Al-Qur’an
Dalilnya, lihat dalam QS. Muhammad [47]: 24. Dalam ayat tersebut Allah SWT menyebutkan bahwasanya orang-orang yang tidak mau merenungi dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an seperti orang-orang yang hati mereka telah terkunci sehingga tidak sedikit pun kebaikan pada hati mereka.
Muhasabah
Muhasabah atau introspeksi adalah usaha untuk memeriksa dan mengidentifikasi penyakit hati kita masing-masing dari dosa dan kesalahan, karena sesungguhnya setiap orang lebih mengetahui hakikat penyakit hati dalam dirinya masing-masing. Allah SWT berfirman: