MER-C Desak Penjajah Israel Buka Blokade Bantuan Medis dan Logistik ke Gaza Utara
Jakarta (SI Online) – Lembaga medis kegawatdaruratan Medical Emergeny Rescue Committee (MER-C) mendesak Zionis Israel agar membuka blokade obat-obatan dan logistik di Gaza, khususnya di wilayah utara.
MER-C Indonesia terus berupaya mengirimkan relawan medis dan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Saat ini, sebanyak tujuh relawan yang tergabung dalam Tim EMT MER-C ke-6 masih berada di Gaza City, bertugas di dua rumah sakit, yaitu RS Al Shifa dan Public Aid Hospital.
Tim EMT MER-C ke-6 telah berulang kali mengajukan izin melalui WHO untuk masuk ke wilayah Gaza Utara yang terkepung. Namun hingga kini, penjajah belum memberikan izin bagi tim medis internasional untuk membantu pelayanan di RS Indonesia dan RS Kamal Udwan.
Mempertimbangkan situasi di lapangan, khususnya Gaza Utara yang terus memburuk, MER-C Indonesia mendesak penjajah Israel untuk membuka blokade agar tim medis internasional masuk ke Gaza Utara, khususnya ke RS Indonesia dan RS Kamal Udwan.
“Kami juga mendesak penjajah Israel untuk membuka blokade agar bantuan logistik kemanusiaan masuk ke Gaza Utara, menghentikan penyerangan terhadap RS Kamal Udwan di Gaza Utara dan membuka blokade terhadap RS Indonesia dan menghentikan serangan militer terhadap tenaga kesehatan yang sedang bertugas, dan membebaskan tenaga kesehatan yang ditahan,” tegas Ketua Presidium MER-C dr. Hadiki Habib dalam keterangan persnya, Rabu (27/11/2024).
Menurut Hadiki, komunitas internasional harus terus memberikan tekanan guna menghentikan pembantaian dan membuka blokade Gaza utara oleh penjajah untuk mencegah kematian massal.
Sejak perintah evakuasi paksa yang dikeluarkan oleh penjajah pada awal Oktober 2024, maka seluruh relawan MER-C meninggalkan RS Indonesia dan wilayah Gaza Utara menuju ke posko MER-C di Deir al-Balah, Gaza Tengah.
Hingga kini, pengepungan dan pennyerangan di Gaza Utara terus berlangsung, menargetkan kamp pengungsian warga dan rumah sakit Kamal Adwan yang masih beroperasi. Sedangkan Rumah Sakit Indonesia telah di blokade dengan dipasangnya check point disekitar jalan masuk.
Rakyat palestina yang terluka dan sakit akibat blokade serta penyerangan penjajah juga tidak mendapatkan pertolongan kesehatan yang layak karena rumah sakit telah kehabisan bahan bakar, dirusak sumber oksigen, listrik, dan suplai obat di stop.
Rakyat Palestina lainnya harus berjuang ditengah kondisi kelaparan, risiko penyakit menular karena rusaknya suplai air bersih, sistem limbah, dan musim dingin
Tenaga medis lokal, dengan panggilan kemanusiaan dan rasa tanggung jawab profesional, tetap bertahan memberikan pelayanan kepada pasien yang membutuhkan. Hal ini dilakukan meskipun banyak dari sejawat mereka telah menjadi korban serangan, gugur, terluka, atau ditangkap. [ ]