MER-C: Dunia Internasional Harus Bertindak Nyata Hentikan Genosida di Gaza
Jakarta (SI Online) – Genap satu tahun genosida dan pengusiran dalam jalur Gaza, Palestina terjadi. Sampai 5 Oktober 2024, telah gugur 41.825 syuhada, ditambah 96.910 orang luka-luka, ratusan ribu penduduk harus berpindah tinggal di kamp penampungan padat dan terbatas.
Okupasi paksa penjajah di tanah Palestina secara ilegal adalah akar masalah yang terus dibiarkan, dan mendapatkan pembenaran negara-negara Adidaya seperti Amerika Serikat dan Sekutunya. Puluhan ribu korban jiwa telah jatuh dan terus bertambah. Sementara itu, eskalasi peperangan yang melibatkan Libanon, Yaman, dan Iran akan memperluas krisis kemanusiaan.
Masyarakat Indonesia melalui MER-C (Medical Emergency Rescue Committee), telah menunjukkan sikap kemanusiaan yang nyata, dengan mendirikan Rumah Sakit Indonesia di Bayt Lahiya, Gaza Utara. Rumah Sakit yang menjadi tulang punggung sistem pelayanan kesehatan, namun saat awal perang kali ini, dirusak dan dikosongkan oleh penjajah.
“Rumah sakit Indonesia adalah bukti bahwa Indonesia ada untuk mendukung kemerdekaan Palestina yang hakiki, karena pengakuan dan kemerdekaan ini adalah kunci dalam penyelesaian konflik,” ujar Ketua Presidium MER-C dr Hadiki Habib dalam pernyataan persnya, Rabu (9/10/2024).
Satu tahun genosida di Gaza, Palestina, menyebabkan kesehatan masyarakatnya tidak hanya rentan, namun juga semakin terabaikan.
“Oleh karena itu, sejak Maret 2023, MER-C secara konsisten mengirimkan lima gelombang Emergency Medical Team (EMT) ke dalam Gaza secara resmi melalui kerjasama dengan World Health Organization (WHO), dan berkomitmen untuk melanjutkan pengiriman tim ke-6 khususnya mengelola kasus-kasus medis di daerah perang. Total 37 relawan MER-C Indonesia, terdiri atas dokter spesialis, dokter umum, perawat, bidan, Liaison Officer dan relawan logistik umum telah melakukan rotasi di dalam Gaza sampai 7 Oktober 2024,” ungkap Hadiki.
Tim EMT MER-C bertugas di rumah sakit atau klinik yang direkomendasikan oleh WHO dan Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza. Tercatat sebanyak 3.178 pasien korban agresi ditangani oleh Tim EMT MER-C, dengan jumlah pasien terbesar di RS Indonesia, yaitu 1.108 orang.
Penyaluran bantuan logistik langsung ke dalam Gaza juga secara simultan dilakukan oleh MER-C sejak awal agresi melalui koordinasi intens dengan pemerintah Gaza, Palestina dalam bentuk donasi makanan, alat-alat operasi, obat-obatan, alat medis habis pakai, linen rumah sakit, kendaraan operasional, solar panel di RS Indonesia serta renovasi wisma dr. Joserizal Jurnalis.
“Rumah Sakit Indonesia, dengan berbagai kerusakan yang ada, saat ini telah difungsikan dan kembali menangani korban-korban, dan akan kita bangun kembali. Rumah sakit ini, tidak hanya menjadi tempat pertolongan medis, namun telah menjadi simbol diplomasi masyarakat Indonesia untuk perdamaian di bumi Gaza, Palestina,” ujar Hadiki.
Ia mengungkapkan, saat ini masih terdapat empat relawan MER-C di Jalur Gaza, dua relawan berada di Posko MER-C di Gaza Tengah dan dua relawan lainnya masih berada di RS Al-Ahli Al-Arabi Kota Gaza menunggu lampu hijau dari WHO untuk melanjutkan perjalanan ke posko MER-C di Gaza Tengah. Keduanya melakukan evakuasi dari RS Indonesia di Gaza Utara pada hari Senin/7 Oktober 2024, tepat satu tahun genosida, akibat serangan massif di sekitar RS Indonesia.
“Seiring dengan intensitas serangan udara dan darat yang meningkat, khususnya di Jalur Gaza bagian Utara, dan pengepungan sejumlah rumah sakit yang masih berfungsi dan perintah evakuasi paksa seluruh penghuni rumah sakit baik tenaga medis maupun pasien, maka dengan ini kami menyerukan dan mendesak agar pasukan penjajah; pertama, menghentikan serangan terhadap fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan dan pasien-pasien yang tidak berdaya,” kata Hadiki.
Kedua, membebaskan tenaga kesehatan yang ditahan;, ketiga, memberikan akses bagi bantuan-bantuan medis dan kemanusiaan untuk masuk ke Jalur Gaza.
“Dan keempat, kepada dunia Internasional agar bersama-sama memberikan tekanan kepada penjajah untuk menghentikan genosida di Palestina. Hal ini juga dalam upaya menghentikan eskalasi peperangan yang semakin meluas ke wilayah lainnya,” tandas Hadiki.
red: adhila