Merealisasi Dua Perisai di Bulan yang Diberkahi
Marhaban Ya Ramadhan. Bulan penuh keberkahan yang dinantikan. Semarak ibadah begitu hangat dirasakan. Dini harinya hangat dengan menyantap sahur, siangnya bertahan dari haus, lapar juga amarah, malamnya riuh rendah dengan tarawih, kajian Islam juga dzikrullah.
Selain penuh dengan aktivitas mahdoh, tak bisa dinafikkan bahwa Ramadhan pun merupakan bulan perjuangan. Momen merealisasi dua perisai dengan shaum dan jihad.
Shaum sebagai perisai bagi diri menahan dari haus, dahaga juga amarah telah direalisasi umat Islam dulu dan sekarang. Dengan shaum yang dijjalankan, berharap akan menjadikan hamba Allah yang melesat dalam taat dan terjaga dari segala macam kedurhakaan. Perisai ini mampu diwujudkan secara individual.
Adapun perisai jamai yang membutuhkan adanya kepemimpinan Islam berupa aktivitas jihad dalam menegakkan kalimatullaah menghadang segala penindasan juga kezaliman kaum kafir terhadap umat Islam, hal demikian telah tercermin lewat perjuangan para sahabat Rasulullah, para penakluk terdahulu. Perjuangan yang berkecamuk, yang terdapat dalam bulan yang diberkahi.
Suksesnya Perang Badar Al Kubra (2 H), penaklukan Kota Makkah Al Mukaramah (9 H), Perang Qadisiyah mengalahkan Persia, menumbangkan Romawi di Tabuk, Sirakusa, maupun Manzikert, penaklukan Andalusia, kekalahan Tartar Mongol oleh Sultan Qurtuz, kemenangan Shalahudin atas pasukan salib Jerusalem hingga sukses Mesir mengalahkan Israel, semuanya terlaksana di bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah bulan jihad. Bulan perjuangan di bawah kepemimpinan Islam.
Bulan mulia diturunkannya Al Quran untuk diterapkan dalam kehidupan umat manusia. Kalam-Nya membimbing jiwa yang terbelenggu kezaliman. Langkah umat pun dituntun dengan teladan Rasulullah lewat pembinaan dan dakwah Islam kaffah. Memperjuangkan agar kehidupan Islam dapat dirasakan umat manusia.
Kala perisai diri dan umat terwujud, maka ibadah kepada Allah subhanahu wata’ala akan diwujudkan secara paripurna. Sinergis antara ibadah dalam hablu minallaah (hubungan hamba dengan Allah, hablu minannas (hubungan manusia dengan sesamanya) wa hablu minafsi (hubungan manusia dengan diri sendiri)-nya.
Inilah yang mesti direalisasi umat Islam. Menyerahkan segala ketaatan hanya kepada Allah. Ketunduk-patuhan pada syariat Islam kaffah. Dengan menapaki jalan perjuangan merealisai perisai diri dan perisai umat lewat membumikan subtansi Kitabullah dan sunah Rasulullah dalam bingkai daulah khilafah Islamiyah. Hanya dengan jalan inilah umat Islam akan bebas dari belenggu penjajahan fisik juga pemikirannya. Tak akan ada lagi kepongahan Israel dalam menganiaya umat Islam di Palestina, tak ditemukan lagi kehidupan Muslim yang terlunta-lunta seperti halnya Muslim Uyghur juga Rohingya yang menjadi tumbal kekejian penguasanya. Tidakkah kita menginginkannya?. Wallahu’alam bishawab
Ammylia Rostikasari, S.S.
(Komunitas Penulis Bela Islam)