Merenungi Al-Qur’an (10)
أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?”
أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۚ بَلْ لَا يُوقِنُونَ
“Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).” (at Thuur 35-36)
“Mengapa mereka mempersekutukan (Allah dengan) sesuatu yang tidak dapat menciptakan sesuatu apapun? Padahal (sesuatu) itu sendiri diciptakan.” (al A’raaf 191)
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (adz Dzzariyaat 56)
Bila menurut Al-Qur’an, tujuan penciptaan manusia adalah agar manusia beribadah kepada Allah (taqwa), maka menurut Bibel (Katolik/Protestan) tujuan penciptaan manusia di dunia adalah untuk menebus dosa. Menurut filsafat Barat atau filsafat Komunis tujuan penciptaan manusia lebih tidak jelas lagi. Homo homini lupus, manusia adalah serigala bagi manusia lain, adalah filsafat dasar mereka. Dari sinilah kemudian mereka menciptakan senjata yang paling canggih untuk manusia (nuklir). Senjata yang mampu membunuh manusia di seluruh dunia. Kekuasaan yang dianggap sebagai kenikmatan terbesar, dapat diraih dengan cara apapun (yang penting menang/berkuasa, filsafat Machiavelli).
Ibadah kepada Allah ini mencakup makna yang luas. Menjaga agar bumi atau manusia ini damai, tidak saling membunuh atau melakukan perusakan, juga menjadi tujuan penciptaan manusia. Renungkan ayat di bawah ini,
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (al Baqarah 30)
Ayat di atas membuat pakar matematika dari Amerika, Prof Jeffrey Lang terkagum-kagum dengan Al-Qur’an. Ia yang tadinya menganut agama Kristen, pindah Ateis dan akhirnya menjadi mualaf memeluk Islam. Ia lama merenung dan mencari-cari untuk apa manusia diciptakan di bumi. Di Al-Qur’an lah ia temukan jawabannya. Bila membaca Al-Qur’an ia heran, tiap ada pertanyaan dalam benaknya tentang suatu ayat, ayat berikutnya menjawabnya.
Memang bila kita renungkan, salah satu mukjizat Al-Qur’an terbesar adalah sentuhan pribadinya (personal touch). Ahli sosial politik, bila ia meneliti Al-Qur’an akan menemukan ayat-ayat Al-Qur’an yang menakjubkan dalam bidang sosial politik. Ahli sains, akan menemukan ayat-ayat yang menakjubkan tentang sanins. Begitu juga ahli sastra, ahli hukum, ahli militer atau ahli psikologi akan menemukan ‘ayat-ayat yang wow’ berkaitan dengan bidangnya. Beberapa ulama menyebut Al-Qur’an seperti intan, dari sudut manapun melihatnya, akan keluar cahaya.
Bila kita renungkan ayat 22 surat al Baqarah, maka orang yang bertakwa itu bukan orang yang bodoh. Orang yang bertakwa itu orang yang pintar, suka berfikir (dan zikir). Ia memikirkan tentang fenomena alam ini, bumi, langit dan terjadinya hujan.
Yang menarik ayat ini menekankan tentang buah-buahan sebagai rizki yang diberikann Allah kepada manusia. Buah-buahan kita tahu mengandung berbagai vitamin (gizi) yang sangat dibutuhkan manusia, agar sehat dan dapat bertahan hidup.
Di ujung ayat ini Al-Qur’an berpesan agar kita tidak menyembah patung, pohon, matahari, api dan makhluk-makhluk lainnya. Kita diseru agar menyembah Tuhan yang sebenarnya, yaitu Allah SWT yang menciptakan manusia, bumi dan langit seisinya. Tuhan yang tidak bisa dilihat di dunia ini, Tuhan yang tidak tergantung waktu dan tempat, Tuhan Yang Maha Segalanya.