Merenungi Al-Qur’an (10)
Syaikh Waliyuddin al Mallawi mengatakan, ”Sungguh merupakan ilusi kalau ada orang yang mengatakan, ”Jangan diharapkan dari ayat-ayat Al-Qur’an adanya keserasian dan keharmonisan. Sebab ayat-ayat itu diturunkan sesuai dengan berbagai fakta yang berbeda.” Perlu diketahui, Al-Qur’an memang diturunkan sesuai dengan kejadian-kejadian yang berlainan dan berdasarkan kebijaksanaan Yang Maha Kuasa. Al-Qur’an seperti yang tercantum dalam Lauh Mahfuzh, berbagai ayat dan suratnya tersusun rapi sesuai dengan ketentuan Ilahi. Kemudian diturunkan sekaligus ke Baitul Izzah (langit dunia). Redaksi dan susunan ayatnya yang indah dan harmonis merupakan mukjizat yang nyata. Bagi setiap ayat, pertama-tama patut dibahas apakah ayat ini pelengkap ayat sebelumnya atau berdiri sendiri? Seandainya berdiri sendiri, apa kaitannya dengan ayat-ayat sebelumnya? Untuk membahas masalah ini perlu pengetahuan yang luas dan usaha yang serius. Begitulah, perlu dicari hubungan antara berbagai ayat dan surat Al-Qur’an.”
Para sahabat Rasulullah, pemahamannya terhadap Al-Qur’an sangat mendalam. Di masa itu banyak orang tertarik masuk Islam, karena ilmu yang tinggi dan akhlak mulia yang dimiliki sahabat. Mufasir modern Syekh Said Hawwa menguti tafsir Ibnu Katsir,”Dari Abu Wail, al A’mas mengatakan, ”Pada suatu musim haji, Ali menunjuk Abdullah bin Abbas sebagai penggantinya. Abdullah berkhutbah dihadapan jamaah dan membaca surat al Baqarah, dalam riwayat lain dikatakan dia membaca surat an Nuur. Beliau menafsirkan ayat-ayat itu dengan suatu penafsiran yang sekiranya didengar oleh bangsa Romawi, Turki dan Dailam, tentu mereka akan masuk Islam.”
وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”
فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ ۖ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ
“Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) — dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (al Baqarah 21-24)
Tantangan untuk membuat satu surat yang bobot dan keindahannya seperti Al-Qur’an, sejak zaman Rasulullah sampai sekarang, tidak ada yang mampu membuatnya. Memang disitu ada lafazh وَلَنْ تَفْعَلُوا yang maknanya selamanya manusia tidak mampu untuk membuat surat-surat seperti Al-Qur’an, yang isinya berbobot, mendalam dan indah bahasanya.
Said Hawwa dalam tafsirnya menguraikan tentang keharmonisian ayat atau surat dalam Al-Qur’an. Ulama besar Suriah ini menyatakan, ”Al-Qur’an yang anda baca dari awal sampai akhir mempunyai pemaparan yang tepat, perumusan yang cermat, redaksi yang jitu, hubungan yang era tantara satu bagian dengann bagian yang lain, darah mukjizat mengalir dalam setiap nadi hurufnya, seolah-olah Al-Qur’an itu merupakan satu formulasi, keserasian unik yang menarik perhatian, huruf dan katanya tersusun rapi, awal dan akhirnya seimbang dan harmonis. Di sini timbul pertanyaan, ”Bagaimana bisa Al-Qur’an tersusun rapi luar biasa seperti itu? Bagaimana susunan yang menakjubkan ini tetap terjaga, sedangkan Al-Qur’an diturunkan secara terpencar-pencar sesuai dengan peristiwa dan kejadian selama lebih dari dua puluh tahun?”
Syaikh Said Hawwa menjawabnya sendiri, ”Untuk menjawab pertanyaan di atas perlu diketahui bahwa kita di sini berusaha mengungkapkan rahasia baru dari berbagai rahasia mukjizat Al-Qur’an…Kita akan menyuguhkan bukti yang kuat bahwa Al-Qur’an adalah kalam Tuhan Yang Maha Esa,”
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ? Kalau kiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (an Nisa’ 82)
Kalau bukan begitu, coba beritahu saya bagaimana anda atau seluruh umat manusia mampu membuat kitab yang isinya saling berhubungan dan berkaitan, tepat dan cermat, awal dan akhirnya serasi dan harmonis, di samping semua itu tunduk kepada faktor-faktor di luar kemampuan manusia, seperti fakta dan peristiwa zaman. Setiap bagian dari Al-Qur’an ini mengikuti dan membicarakan sebab musabab berbagai fakta dan peristiwa itu dengan segala bentuk dan ragamnya. Hal itu berlangsung secara berangsur-angsur selama lebih dari duapuluh tahun.
Tidak diragukan lagi bahwa terputusnya hubungan waktu antara beberapa dakwaan biasanya mengakibatkan kontradiksi dan berlawanannya dakwaan tersebut. Tidak mungkin diharapkan adanya hubungan dan keserasian antara berbagai dakwaan itu. Namun Al-Qur’an ul Karim di segi ini sangat luar biasa. Walaupun ayat-ayat itu diturunkan secara berangsur-angsur, namun tetap ada ikatan dan keharmonisan antara satu sama lain. Di samping juga tetap teratur dan tersusun rapi. Al-Qur’an selesai diturunkan semuanya dalam masa lebih dari dua puluh tahun, namun awal dan akhirnya tetap seimbang dan harmonis.”