Merenungi Al-Qur’an (11)
Alhamdulillah kita bertemu kembali pada 28 Rajab 1445 ini, sehari setelah memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw. Isra’ Mi’raj adalah peristiwa yang menggemparkan Makkah dan dunia. Sebuah peristiwa di luar nalar manusia, bagaimana Rasulullah dalam semalam bisa sampai ke Masjidil Aqsha dan menghadap Allah ke ‘puncak langit’.
Kaum kafir baik awam maupun intelektualnya menolak peristiwa Isra’ Mi’raj yang diabadikan Al-Qur’an itu. Tapi kaum Muslim percaya. Kaum Muslim yakin bahwa Rasul yang dari kecil dan remaja tidak pernah bohong, tidak mungkin tiba-tiba bohong. Banyak mukjizat yang dimiliki Rasul, mulai dari berbicara dengan pohon, ‘membelah bulan’, prediksinya yang tidak pernah meleset dan lain-lain, termasuk Isra’ Mi’raj itu.
Ribuan Intelektual Muslim telah menulis tentang kehebatan Rasulullah dalam perjalanan hidup dan perjuangan dakwahnya. Bahkan bukan hanya kaum Muslim, intelektual Barat pun banyak mengakui kehebatan Nabi Muhammad.
Seorang penyair Jerman, Goethe, menyatakan, ”Kalau Islam begitu, maka dengan demikian kami adalah kaum Muslimin. Ya siapa saja yang berkeutamaan, luhur budi pekertinya, maka dia adalahh seorang Muslim. Hanya saja agama Muhammad itu seluruhnya adalah keikhlasan, agama kemasyarakatan, dan pengayom anak-anak manusia. Jadi agama Muhammad itu berbeda dengan agama-agama lainnya.”
Dieterici, seorang orientalis Jerman dan dosen Bahasa Arab menyatakan, ”Sesungguhnya ilmu alam, ilmu falak, dan berbagai ilmu matematika yang telah menghidupkan Eropa pada abad ke 10 Masehi, diambil dari Qur’annya Muhammad. Sebenarnya Eropa berhutang budi kepada Islam yang dibawa Muhammad itu. Kalau saja bertindak adil terhadap Islam, tentulah kita akan mengikuti pelajaran dan hukum yang ada padanya, karena sebagian besarnya tidak terdapat pada ajaran yang lain… Dengan mengamati Muhammad, jelaslah bahwa dakwahnya itu tidak lain kecuali datang dari langit. Kita menyatakann demikian, kalau sekiranya kita bersikap adil dengan apa yang didakwahkannya. Bagi siapa yang menuduh Muhammad denngan tuduhan pemalsu, maka hendaklah ia menuduh dirinya sebagai pengecut, dungu, dan tidak berani mengungkapkan apa yang sudah diakui kebenarannya.”
Bertly Sant Hiller, seorang orientalis dari Dresden Jerman menyatakan, ”Muhammad adalah seorang kepala negara yang senantiasa memperhatikan kehidupan bangsa dan kebebasannya. Dia ‘menjatuhkan hukuman kepada orang-orang melakukan tindak pidana’ sesuai dengan zamannya dan keadaan masyarakat yang liar, di sana Nabi hidup di tengah-tengah mereka. Nabi berdakwah kepada agama yang mentauhidkan pengabdian kepada satu Tuhan. Dalam dakwahnya ia bersikap lunak dan penuh kasih sayang, meskipun terhadap musuh-musuhnya. Dalam pribadinya bersemi dua sifat luhur yang pernah disandang oleh jiwa kemanusiaan, yaitu keadilan dan kasih sayang.”
George Bernard Shaw (1817-1902), kabarnya ia menulis buku dengan judul Muhammad, yang telah dibakar pemerintah Inggris, diantara isinya adalah,
“Dunia sangat membutuhkan seorang yang berpkiran seperti Muhammad. Nabi ini telah menempatkan agamanya dalam terhormat dan tersanjung. Ia merupakan agama terkuat untuk menggulung semua peradaban, kekal abadi untuk selama-lamanya. Aku melihat banyak diantara bangsaku yang telah menganut agama ini dengan sadar, dan aku yakin agama ini akan menemukan lahan subur dalam benua ini, yaitu Eropa.” Ia juga menyatakan,
“Kalau dunia ini ingin selamat dari kejahatan-kejahatannya, maka cepat-cepatlah ia memeluk agama ini. Ia suatu agama perdamaian, gotong royong dan agama keadilan di bawah naungan syariat yang beperadaban dan teratur rapi. Tidak ada masalah apapun di dunia ini, melainkan dilukiskan dan ditimbang dengan timbangan yang tidak mengenal salah sama sekali. Aku telah menyusun sebuah buku dengan judul Muhammad, namun begitu ia diterbitkan langsung dilarang penyebarannya karena tradisi Inggris.”
وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۖ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا ۙ قَالُوا هَٰذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ ۖ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا ۖ وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ ۖ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya. (al Baqarah 25)
Dalam ayat ini, Allah memberikan kabar gembira bagi kaum Muslim/Mukmin. Mereka pasti akan diberi Allah balasan surga. Balasan wow dari Allah itu membuat kaum Muslim mempunyai visi atau pandangan jauh ke depan dengan optimis. Kaum Muslim akan sabar menghadapi apapun cobaan di dunia ini. Apakah kematian keluarga, susah mendapat rezeki, susah mendapat istri/sumi, penjara dari penguasa zalim dan seterusnya.