Merenungi Al-Qur’an (12)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا ۖ لَا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (al Baqarah 264)
وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ وَتَثْبِيتًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَآتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِنْ لَمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.” (al Baqarah 265)
إِنَّ مَثَلَ عِيسَىٰ عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ ۖ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.” (Ali Imran 59)
Di surat al Baqarah ayat 26 ini Allah mendorong kepada manusia untuk meneliti binatang kecil, nyamuk. Binatang yang suka mengambil darah manusia dan jumlahnya di dunia mungkin milyaran/triliunan. Nyamuk adalah makanan bagi sang cicak yang terbang. Seolah-olah tidak logis, bagaimana binatang yang merayap suka makanan binatang yang terbang. Tapi begitulah cara Allah membagikan rizki kepada makhluknya, kadang di luar penaalaran manusia. Dengan adanya nyamuk juga menjadikan tumbuh perusahaan-perusahaan yang memproduksi alat, obat atau cairan untuk mengusir nyamuk.
Membaca ayat ini sekilas bahwa orang mukmin langsung beriman ketika melihat nyamuk, sedang orang kafir akan bertanya untuk apa binatang nyamuk itu diciptakan Tuhan?
Padahal kalau kita renungkan bukan demikian. Yang benar adalah orang mukmin didorong Allah untuk mengadakan penelitian tentang nyamuk yang tujuan akhirnya adalah beriman kepada Allah.
Orang mukmin ini mengatakan ‘masya Allah, Allah hebat membuat nyamuk, sehingga ribuan orang dapat memperoleh dari pabrik nyamuk’. Sedangkan orang kafir mengadakan penelitian tentang nyamuk dan hanya mengatakan ‘nyamuk kan diciptakan alam, kita harus mengadakan penelitian agar kita tidak terkena penyakit akibat nyamuk’.
Sampai disitu saja, tidak ada kekaguman orang kafir terhadap kehebatan Allah menciptakan nyamuk. Kaum kafir tidak percaya adanya Tuhan Yang Maha Hebat, ia melihat keajaiban nyamuk ini hanya keajaiban alam saja. Ketidakmampuannya atau ketidakpeduliannya terhadap adanya Tuhan Yang Maha Pencipta ini menyebabkan orang kafir tersesat dan berada dalam kegelapan. Wallahu alimun hakim. []
Nuim Hidayat