OASE

Mewaspadai Kesyirikan

Kalau ada orang cerita syirik atau kesyirikan, janganlah kita selalu terbayang zaman jahiliyah dulu saat Abu Jahal dan kaum kafir Quraisy menyembah berhala.

Sebab kalau kita perhatikan zaman now pun tidak sedikit orang-orang yang perilakunya ‘nyerempet-nyerempet’ atau bahkan terjebak dalam lembah hitam kesyirikan.

Sebagaimana yang Allah SWT telah informasikan kepada hamba-Nya yang termaktub dalam Al-Quran:

وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُم بِاللَّهِ إِلَّا وَهُم مُّشْرِكُونَ”

“Dan sebagian besar manusia tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan-Nya (dengan sembahan-sembahan lain).” (QS. Yûsuf [12]: 106)

Karena informasinya dari Allah SWT, tak ada yang bisa membantahnya bahwa syirik itu memang ada dan bahkan ada di sekitar kita. Tidak sedikit manusia yang karena mengikuti tradisi atau adat istisdat nenek moyang mereka terjebak dalam kesyirikan.

Tradisi Nenek Moyang

Terkait dengan tradisi atau adat istiadat nenek moyang dalam Islam sebenarnya tidak ada larangan karena sebagai kearipan lokal. Tentu selama tradisi itu tidak ‘nyerempet-nyerempet’ atau bahkan secara nyata bertabrakan dengan akidah Islam.

Tradisi-tradisi yang masih mereka lakukan antara lain membuat ‘sesaji’ atau sajen yang digunakan sebagai ‘tumbal’ seperti saat bangun rumah pakai sesajen. Saat akan panen padi buat sesajen. Bersyukur buat sesajen dalam ritual ‘sedekah bumi’ yang dipersembahkan untuk ‘danyang-danyang’ penunggu bumi. Na’udzubillah mindzalik.

Sesajen yang mereka sajikan itu biasannya berupa makanan tertentu dan atau kepala kerbau yang dipersembahkan untuk laut, gunung atau untuk pohon yang dianggap kramat.

Ritual sesajen itu jelas tidak dikenal dalam Islam, tidak ada perintah atau anjuran dalam Al-Quran maupun Hadits. Kalaulah dalam sesajian itu diniati makanannya untuk Allah juga salah, alias bid’ah. Karena Allah tidak pernah minta rezeki dan makan kepada makhlukNya, justru Allahlah Yang Memberi rezeki dan makan kepada makhlukNya. Firman Allah SWT:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُون

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku. Tidaklah Aku menginginkan rezeki dari mereka dan Aku tidak mengharapkan mereka memberi makan kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzaariyaat 56-57)

Kalau ritual sesajen itu dipersembahkan untuk danyang-danyang, jin, setan atau penunggu laut, gunung atau penunggu pohon jelas hal ini perbuatan syirik. Karena beribadah dalam Islam itu hanya kepada Allah SWT. Kita umat Islam setiap shalat baca ‘iyyaka na’budu waiyyaka nasta’iin’– hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu lah kami mohon pertolongan.

Dalam salah satu hadits diriwayatkan, ada dua orang lelaki yang satu masuk neraka dan satunya lagi masuk surga. Orang yang masuk neraka hanya karena mempersembahkan sesaji untuk berhala, sementara yang menolak memberi sesaji masuk surga. Ini haditsnya:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻓِﻲْ ﺫُﺑَﺎﺏٍ , ﻭَﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻓِﻲْ ﺫُﺑَﺎﺏٍ، ﻗَﺎﻟُﻮْﺍ : ﻭَﻛَﻴْﻒَ ﺫَﻟِﻚَ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﻣَﺮَّ ﺭَﺟُﻼَﻥِ ﻋَﻠَﻰ ﻗَﻮْﻡٍ ﻟَﻬُﻢْ ﺻَﻨَﻢٌ ﻻَ ﻳَﺠُﻮْﺯُﻩُ ﺃَﺣَﺪٌ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﻘَﺮِّﺏَ ﻟَﻪُ ﺷَﻴْﺌًﺎ، ﻓَﻘَﺎﻟُﻮْﺍ ﻷَﺣَﺪِﻫِﻤَﺎ : ﻗَﺮِّﺏْ، ﻗَﺎﻝَ : ﻟَﻴْﺲَ ﻋِﻨْﺪِﻱْ ﺷَﻲْﺀٌ ﺃُﻗَﺮِّﺏُ، ﻗَﺎﻟُﻮْﺍ ﻟَﻪُ : ﻗَﺮِّﺏْ ﻭَﻟَﻮْ ﺫُﺑَﺎﺑًﺎ، ﻓَﻘَﺮَّﺏَ ﺫُﺑَﺎﺑًﺎ ﻓَﺨَﻠُّﻮْﺍ ﺳَﺒِﻴْﻠَﻪُ ﻓَﺪَﺧَﻞَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭَ، ﻭَﻗَﺎﻟُﻮْﺍ ﻟِﻶﺧَﺮِ : ﻗَﺮِّﺏْ، ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﻣَﺎ ﻛُﻨْﺖُ ﻷُﻗَﺮِّﺏَ ﻷﺣَﺪٍ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﺩُﻭْﻥَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻓَﻀَﺮَﺑُﻮْﺍ ﻋُﻨُﻘَﻪُ ﻓَﺪَﺧَﻞَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button