IBRAH

Mewujudkan ‘Izzul Islam wal Muslimin’

Suatu ketika, Rasulullah Saw mendapatkan kabar bahwa Farwah bin Amr Al Judzami ra seorang komandan Kekaisaran Romawi Timur yang masuk Islam, yang juga penguasa di wilayah-wilayah Jazirah Arab, dibunuh atas perintah Heraclius sang Kaisar Romawi, di dekat mata air Afra, Palestina.

Mendengar kabar berita tersebut, Rasulullah Saw langsung menyiapkan pasukan perang yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid ra untuk menuntut balas atas pembunuhan Farwah bin Amr yang dipandang sebagai pelecehan yang dilakukan kekaisaran Romawi terhadap kemuliaan Islam dan kaum muslimin. Akan tetapi, sebelum keberangkatan pasukan, Rasulullah Saw wafat.

Ditengah kegaduhan sebab wafatnya Rasulullah Saw. Pasukan Usamah bin Zaid ra, yang telah dipersiapkan Rasulullah Saw untuk berangkat jihad ke wilayah Romawi, tetap diberangkatkan atas perintah Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, yang menjabat sebagai Khalifatu Rasulillah, pemimpin kaum muslimin dijajaran khulafaur rasyidin. Sehingga pasukan kembali pulang ke Madinah dengan membawa kemenangan yang gemilang.

Teladan Rasulullah Saw dalam menjaga darah dan kehormatan, serta kemuliaan Islam dan kaum muslimin, diteruskan dan diteladani oleh para sahabat dan para khalifah setelahnya. Hingga saat kekhilafahan Abbasiyah, saat khalifah Al -Mu’tashim billah ra mendengar kabar bahwa ada seorang wanita yang dilecehkan oleh kaum Romawi dan berteriak meminta pertolongan padanya, serta merta sang Khalifah menyiapkan pasukan perang untuk menyelamatkan kehormatan seorang muslimah, untuk menjaga kehormatan dan kemuliaan Islam dan kaum muslimin.

Dikisahkan, pada 837 Masehi, seorang budak muslimah yang merupakan keturunan Bani Hasyim dilecehkan oleh kaum Romawi. Ketika tengah berbelanja di pasar. Kainnya dikaitkan ke paku sehingga ketika berdiri, terlihatlah sebagian auratnya.

Wanita muslimah tersebut berteriak memanggil nama Khalifah Al-Mu’tashim billah dengan kalimat yang legendaris: “Waa Mu’tashimaah!” yang artinya “Di mana engkau wahai Mu’tashim Billah”.

Kabar ini lantas tersebar dan sampai ke telinga Al-Mu’tashim. Hal ini membuat sang khalifah menerjunkan puluhan ribu pasukannya untuk menyerbu kota Ammuriah, tempat kejadian perkara pelecehan tersebut.

Dengan pasukannya ini mereka mengepung Ammuriah selama lima bulan, dan berhasil membebaskan kota tersebut dari tangan Romawi. Sebanyak 30 ribu tentara Romawi terbunuh dan 30 ribu lainnya dijadikan tawanan.

Demikianlah contoh bagaimana Rasulullah Saw memberikan teladan dalam menjaga kehormatan Islam dan kaum muslimin, yang dicontoh oleh para sahabat dan khalifah setelahnya, yang menerapkan syariat Islam kaffah dalam pemerintahannya. Sehingga tidak ada yang berani melakukan pelecehan terhadap kehormatan Islam dan kaum muslimin.

Akan tetapi berbeda dengan hari ini, saat Islam jauh dari kehidupan, saat Islam tidak diterapkan sebagai sistem kehidupan. Kemuliaan Islam dan kaum muslimin ternodai. Tidak ada satu pun yang mampu melakukan pembelaan dan perlawanan terhadap pihak dzolim yang melecehkan dan menodai kemuliaan Islam dan kaum muslimin. Hingga teriakan puluhan ribu kaum muslimin di Palestina pun tidak terdengar akibat bising suara diskusi para penguasa negeri-negeri kaum muslimin yang terikat rantai nasionalisme yang diciptakan barat, yang tak pernah melahirkan aksi konkret dalam menghentikan genosida dan membela kehormatan kaum muslimin di Palestina, juga di negeri-negeri muslim lainnya.

Semua terjadi, akibat kaum muslimin kehilangan perisainya, kehilangan pelindungnya, kehilangan kepalanya, kehilangan pemimpinnya, para khalifah seperti Abu Bakar Ash-Shidiq ra, ataupun Khalifah Al-Mu’tashim Billah ra yang menerapkan syariat Islam kaffah. Sehingga kaum muslimin saat ini bagaikan anak ayam yang kehilangan induknya.

Karenanya menjadi penting untuk memunculkan kembali sosok para Khalifah yang menerapkan syariat Islam kaffah dalam bingkai khilafah yang akan mampu mempersatukan kaum muslimin. Sehingga kaum muslimin akan memiliki pelindung dari setiap makar yang dibuat oleh kaum kafir.

1 2Laman berikutnya
Back to top button