Miskonsepsi Toleransi di Balik Perayaan World Religion Day
Tidak habis tanggal-tanggal kalender selalu diramaikan dengan berbagai hari peringatan, salah satunya adalah Hari Agama Sedunia atau World Religion Day yang diperingati setiap minggu ketiga di bulan Januari.
Perayaan ini menjadi momentum untuk menciptakan kesinambungan antara berbagai agama di dunia untuk mencapai perdamaian. Hari Agama Sedunia dirayakan setidaknya oleh 80 negara dengan 4200 agama aktif di dunia.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mempromosikan perdamaian antara agama adalah lewat narasi toleransi beragama. Lantas, bagaimana sejatinya toleransi di dalam Islam?
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai toleransi, tentu sedikit banyak kita perlu memahami latar belakang dari peringatan Hari Agama Sedunia. Hari Agama Sedunia pertama kali digagas oleh Majelis Spiritual Nasional Baha’i di Amerika Serikat pada 1950.
Agama Baha’i merupakan agama baru yang didirikan pada abad ke-19. Agama ini memiliki prinsip yaitu kesatuan seluruh agama (Unity of Religion) dimana bermacam-macam agama saat ini seperti Kristen, Islam, Buddha, Hindu, dsb merupakan bagian dari satu agama yang diungkapkan oleh Tuhan yang sama kepada manusia dalam tempat dan waktu berbeda.
Berdasarkan prinsip ini, Hari Agama Sedunia merupakan hari untuk menemukan dan menghargai kesamaan-kesamaan fundamental dalam agama yang berbeda untuk mencapai harmoni antar agama.
Jika kita perhatikan, prinsip agama Baha’i merupakan ide yang sama dengan paham Pluralisme. Pluralisme adalah sebuah paham yang mengakui adanya pemikiran beragam-agama, kebudayaan, peradaban, dan lain-lain (Tobroni., A, Syamsul. Islam Pluralisme Budaya dan Politik, Refleksi Teologi Untuk Aksi dalam Keberagaman dan Pendidikan).
Dengan kata lain, pluralisme agama adalah paham yang menghapus truth claim atau klaim kebenaran satu agama. Sehingga menurut kaum pluralis tidak boleh ada satu agamapun yang mengklaim ajarannya paling benar dan ajaran di luar agamanya adalah salah. Agar mencapai penghapusan truth claim setidaknya dapat dibagi menjadi dua cara. Pertama dengan menghapus identitas agama-agama dan membentuk satu agama universal (global religion). Kedua dengan upaya menyatukan setiap agama. Artinya, identitas agama masih dipertahankan, namun didasarkan pada semua agama menyembah Tuhan yang sama.
Akhirnya, toleransi menurut ide Pluralisme dapat dicapai jika dihapuskannya truth claim. Berdasarkan ide ini pula, meningkatkan rasa toleransi dilakukan lewat mendukung dialog antar umat beragama hingga mengikuti kegiatan agama lain.
Toleransi berasal dari bahasa Inggris yaitu tolerance. Dalam bahasa Arab disandingkan dengan kata al-tasamuh atau al-tasahul. Menurut KBBI toleransi diartikan sebagai sifat atau sikap toleran. Toleran adalah bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. (Departemen Pendidikan Nasional, KBBI Pusat Bahasa. Hlm. 1477—1478. Edisi IV. 2008. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta).
Setidaknya ada tiga batasan Islam dalam menempatkan toleransi. Pertama, tidak ada Pluralisme dalam Islam. Berarti seorang muslim harus meyakini akan kebenaran Islam dan hanya Islam. Sehingga tidak ada sikap kompromi atas pengakuan klaim kebenaran agama lain dengan dalih toleransi.