Moeldoko Pasang Badan untuk Jokowi, Din Syamsuddin: Kami Pasang Otak untuk Rocky Gerung
Jakarta (SI Online) – Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan, pernyataan Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko bahwa dia akan memasang badan terhadap presiden hanyalah ekspresi adu otot, bukan adu otak.
Menurut Din, di alam demokrasi sebaiknya dikembangkan adu otak, dalam dialog bila perlu debat.
”Saya dan banyak rakyat warga negara bersepakat dengan kritik Rocky Gerung terhadap pemerintah termasuk presiden yang sudah kebablasan menyimpang dari UUD 1945. Ayo berdiskusi apakah itu benar atau tidak? Bahwa frasa dari pengamat ke pengamat berbeda dalam menyimpulkan penyimpangan rezim adalah ciri pribadi masing-masing,” ungkap Din dalam keterangannya, Sabtu (04/08).
Din menyarankan, sebaiknya para pemangku amanat dan kekuasaan bersungguh-sungguh mengemban amanat, ingat mereka menerima gaji yang berasal dari uang rakyat, maka harus berpihak kepada rakyat.
”Janganlah alergi terhadap kritik, dan setiap kritik dianggap serangan terhadap pribadi, lupa bahwa diri mereka terikat dengan jabatan,” kata mantan Ketua Umum MUI itu.
Dia berkeyakinan reaksi apalagi mengadukan Rocky Gerung ke polisi justru semakin menambah simpati dan dukungan terhadap Rocky Gerung.
”Kalau Jenderal Moeldoko akan pasang badan bagi atasannya, maka banyak dari kami termasuk saya akan pasang otak untuk Rocky Gerung. Saya akan berada di samping Rocky Gerung, dan akan mengajak rakyat untuk mendukungnya. Bismillah,” ujar Din.
Menurut dia, Rocky Gerung sebagai warga negara dan cendekiawan memiliki hak dan kewajiban untuk mengkritik pemerintah termasuk presiden.
”Seyogyanya para pejabat, termasuk KSP Jenderal TNI (Purn) Moeldoko tidak usah bereaksi apalagi menunjukkan kekuasaan. Lebih baik mereka mawas diri, mengevaluasi apakah kritik Rocky Gerung benar atau salah?” kata dia.
Din menyampaikan, kalau dibalas bahwa Rocky Gerung adalah robot tak berhati, nanti dapat di balik apakah para pejabat itu berotak dan berhati sehingga alergi terhadap kritik.
”Atau mereka patut diduga terbelenggu oleh syahwat kekuasaan, karena sedang menikmati kekuasan itu,” tuturnya.[]