Mohammad Natsir, Muslim Sejati
Dari istri saya, saya mendengar bahwa Natsir tatkala masih muda, sesudah lulus dari A.M.S. di Bandung dan menjadi guru bersama istrinya pada suatu sekolah swasta, sering datang ke rumah bakal mertua saya di Buahbatu, bersama gurunya, Tuan A. Hassan, yang juga menjadi guru agama mertua saya. Kalau mereka berkunjung ke rumah mertua, gadis-gadis dan wanita-wanita lain yang ada di rumah tidak boleh keluar menjumpai mereka!. Tapi gadis-gadis itu sendiri tidak melewatkan kesempatan untuk mengintip dari belakang gorden!
Jadi pemisahan antara kaum laki-laki dan perempuan sangat diperhatikan dan sedapat mungkin dilaksanakan oleh mereka, yaitu anggota-anggota PERSIS.
Bagi saya yang telah mendapat didikan sekuler sebagai anak “menak”, walaupun telah belajar ngaji pula sekadar untuk dapat membaca Qur’an, sikap yang diperlihatkan oleh guru PERSIS dan murid-muridnya itu, saya anggap “artificial”, sikap yang dibuat-buat.
Saya kurang sadar tadinya, bahwa ada orang-orang yang dapat menerima suruhan-suruhan dan larangan-larangan Allah SWT dan mengikuti atau menjauhinya tanpa mengalami tekanan-tekanan batin yang timbul karena adanya pertentangan antara iman dan akal.
Kalau Allah melarang meminum khamar, maka menurut mereka segala minuman yang mengandung alkohol, dilarang. Juga sekali-sekali minum tanpa mabuk, dianggap haram dan dosa besar. Kalau Allah melarang “mendekati” zina, karena zina itu merupakan kekejian dan jalan yang buruk (QS. Al-Isra’ ayat 32) maka menurut mereka, pendekatan zinapun sudah haram dan dihukum Allah.
Dan mereka yang menafsirkan ayat-ayat Allah secara ketat itu saya sengaja tidak mau memakai perkataan “sempit” – bukan saja memahami, tetapi juga melaksanakan ayat-ayat Allah sesuai dengan paham mereka, tanpa mengalami sesuatu kesukaran.
Itu bukan berarti bahwa mereka tidak mempunyai dan mempergunakan ratio, tetapi ratio mereka itu ialah mempertahankan dan membela apa yang mereka pandang dan menghayati sebagai kebenaran. Keterangan-keterangan mereka lebih banyak bersifat apologetis (mempertahankan kepercayaan, red) baik ke dalam, menghadapi golongan-golongan Muslim lain, maupun ke luar, menghadapi dunia bukan Islam.
Sebaliknya ada di antara kaum Muslimin yang mesti mencari kebenaran itu. Pemikirannya bersifat kritis/analitis untuk kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan secara sintetis.
Pendek kata, ada orang-orang Muslim yang Islamnya tidak diperoleh secara mudah, tetapi melalui cobaan-cobaan dan pemikiran-pemikiran yang kadang-kadang berat dan sulit. Saya menganggap diri saya termasuk golongan Muslim itu.
Tetapi akhirnya saya dapat menyatakan, bahwa saya telah jumpa dengan Allah SWT dan dapat dengan ikhlas tunduk kepada perintah-perintahNya.
Pada peringatan hari lahirnya Pak Natsir yang ke 70, baik kiranya saya kemukakan keistimewaan Pak Natsir untuk dijadikan pegangan dan contoh dalam memperjuangkan cita-cita Islam.