Muhammad bin Abdul Wahab dan Kontroversi Gerakannya
Baginya, setiap amalan yang tidak jelas sumbernya dalam ajaran agama adalah penyimpangan yang harus dibersihkan.
Pemurnian ini tidak hanya mencakup praktik ibadah saja, tetapi juga cara umat Islam memahami dan mengamalkan ajaran agama.
Muhammad bin Abdul Wahab berpendapat, umat Islam harus kembali pada ajaran yang bersumber langsung dari Al-Qur’an dan Hadis, dengan mengesampingkan segala bentuk penafsiran atau pemahaman yang tidak sesuai dengan kedua sumber tersebut.
Ia berusaha membawa umat Islam kepada pemahaman yang lebih murni, yang jauh dari pengaruh tradisi-tradisi yang berkembang di luar ajaran Islam yang sahih.
Penekanan pada Konsep Tauhid
Selain pemurnian ajaran, Abdul Wahab juga menekankan pentingnya pemahaman yang benar tentang konsep tauhid, yaitu pengesaan Allah.
Tauhid, bagi Abdul Wahab, adalah inti dari ajaran Islam dan merupakan dasar dari seluruh kehidupan seorang Muslim.
Ia percaya bahwa kesalahan dalam memahami tauhid dapat menyebabkan kerusakan besar, baik di dunia maupun di akhirat.
Abdul Wahab menulis banyak karya tentang tauhid, salah satunya adalah “Kitab al-Tawhid,” yang menjadi salah satu karya terpenting dalam gerakan Wahabi.
Dalam kitab ini, Abdul Wahab menegaskan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Segala bentuk pengagungan terhadap selain Allah, seperti menyembah makhluk atau benda selain Allah, adalah bentuk kesyirikan yang harus dihindari.
Tauhid, menurut Abdul Wahab, harus dipahami sebagai pengesaan yang mutlak terhadap Tuhan tanpa ada percampuran dengan amalan yang tidak sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad Saw.
Abdul Wahab juga mengajarkan bahwa untuk memahami dan mengamalkan tauhid, umat Islam harus menanggalkan segala bentuk praktik atau keyakinan yang bertentangan dengan pengesaan Allah.
Ia berpendapat bahwa pengesaan Allah harus tercermin dalam setiap aspek kehidupan seorang Muslim, mulai dari ibadah, akhlak, hingga interaksi sosial. Ini adalah bentuk pengamalan tauhid yang sejati, yang tidak hanya terbatas pada ucapan, tetapi juga tercermin dalam tindakan sehari-hari.