NUIM HIDAYAT

Muhammad Saw Sang Negarawan

“Apakah engkau bisa membacakan sedikit ajaran dari Allah yang dibawa (Rasulullah)?” Tanya Najasyi. “Ya,”jawab Ja’far.

Lalu Ja’far membacakan beberapa ayat dari awal surat Maryam, dari ‘Kaf Ha Ya Ain Shad…” (Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hambaNya Zakaria, yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut, ia berkata,”Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya’qub dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai.” (Maryam 1-6).

Mendengar hal itu Raja Najasyi menangis hingga airmatanya membasahi jenggotnya. Begitu pula para uskup yang berada di sekelilingnya, tatkala mendengar apa yang dibicarakan kepada mereka.

Kemudian Najasyi memungut dahan dari tanah, kemudian berkata,”Demi Allah, Isa bin Maryam tak berbeda jauh dengan apa yang kalian katakana, seperti potongan daun ini.” Kemudian Raja Najasyi berkata kepada kaum Muslimin, ”Kalian aman di negeriku. Siapa yang mencaci kalian, berarti orang yang tidak waras. Sekalipun aku mempunyai gunung emas, aku tidak suka jika ada orang yang menyakiti kalian.”

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin,” (QS At Taubah: 128).

Ahli tafsir terkemuka, Fakhruddin ar Razi menjelaskan ada empat sifat Nabi yang tergambar dalam surat at Taubah ini.

Pertama, min anfusikum, dari kalanganmu sendiri. Artinya nabi yang datang bukan dari kalangan makhluk ghaib, atau malaikat. Ia manusia biasa seperti kita, ia makan dan minum. Kalau badannya terkena panas, ia berkeringat. Ia juga merasakan rasa sakit dan kesedihan kalau terkena musibah seperti manusia lainnya.

Sifat Nabi yang kedua adalah berat hatinya melihat penderitaan manusia. Rasulullah Saw selalu menginginkan manusia semuanya selalu hidup dalam petunjuk Allah. Berat hatinya bila melihat kaum Muslimin melakukan perbuatan dosa dan jauh dari jalan Allah. Bahkan beliau sampai bersujud kepada Allah agar dapat memberi syafaat kepada umatnya.

Sifat ketiga, beliau sangat menginginkan kaum Muslimin memperoleh kebaikan. Keinginan untuk memberi petunjuk kepada manusia sangat besar, sehingga beliau merasakan penderitaan dakwah yang harus beliau jalani, agar manusia mendapat petunjuk jalan keselamatan dunia dan akhirat.

Sifat keempat, Rasulullah Saw sangat penyantun dan penyayang kepada kaum Muslimin. Menurut para ahli tafsir, belum pernah Allah menghimpunkan dua Namanya sekaligus pada seorang Nabi, kecuali kepada Nabi Muhammad saw. Nama yang dimaksud adalah Ra’ufur Rahim (penyantun dan penyayang). Dua nama itu menurut sebagian ahli tafsir, menunjukkan sifat Nabi yang penyayang, tidak hanya kepada orang yang taat kepadanya, tetapi juga kepada kaum pendosa. Dalam riwayat lain dikatakan, bahwa Rasul itu penyayang kepada orang yang berjumpa dengannya dan pengasih kepada orang yang tidak berjumpa dengannya.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button