NUIM HIDAYAT

Muhammadiyah dan Kepemimpinan Berpikir

Kata-kata Laura ini tentu menyihir bagi mereka yang tidak kritis. Kata-kata artis ini adalah khas filsafat Barat yang terkenal dengan aliran relativisme. Dalam aliran ini, kebenaran itu nisbi, alias tidak jelas. Sesuatu bisa dianggap benar dan dianggap salah. Aliran ini sebenarnya lahir karena kesulitan ilmuwan Barat memahami Bibel. Karena di dalam Bibel banyak pertentangan dan kalimat-kalimatnya banyak membingungkan.

Beda dengan Al-Qur’an, yang mudah dipahami oleh kaum Muslim (yang berilmu). Kebiasaan rumah tangga Muslim membaca tiap hari Al-Qur’an di rumah, tidak dipunyai oleh umat agama lain. Kebenaran Al-Qur’an jelas dan kebenaran itu kemudian dijelaskan kemudian oleh Rasulullah, para sahabat dan ulama atau cendekiawan yang shalih.

Kebenaran bukan nisbi. Shalat, zakat, puasa, amar makruf nabi munkar dan segala amal shalih itu sampai hari kiamat, tetap baik. Kebaikan dalam Islam itu ‘tidak mengenal’ tempat atau waktu.

Dengan pemahaman seperti itu, jangan heran Laura sering buka-bukaan dalam menyanyi. Karena ia berprrinsip kebenaran itu relatif. Apakah artis seperti ini mau dijadikan model bagi generasi muda? Mengapa harus Laura yang dipilih. Apakah tidak ada perempuan muda Islam yang berprestasi dan pakaiannya sopan (berjilbab)?

Nampaknya peperangan pemikiran akan panjang di tanah air tercinta ini. Wallahu azizun hakim.

Nuim Hidayat, Dosen Akademi Dakwah Indonesia Depok. Sewaktu remaja aktif di Ikatan Remaja Muhammadiyah, Padangan Bojonegoro Jatim. Artikel ini juga dimuat di Majalah Tabligh Muhammadiyah edisi November 2021.

Laman sebelumnya 1 2 3

Artikel Terkait

Back to top button