RESONANSI

Negara ‘Rubbish Economic’

Indonesia tengah on the way menuju apa yang diistilahkan sebagai “rubbish economic”. Istilah yang dimudahkan untuk diartikulasikan sebagai negara “ekonomi sampah”.

Maka, rasionalisasinya Indonesia itu ibarat negara hanya sebagai tempat pembuangan sampah bagi kegiatan ekonomi yang seharusnya menjadi sebagai darah sehat, bersih dan segar yang mengalir di seluruh jaringan pembuluh nadi kehidupan rakyat dan bangsanya.

Dan sifat sampah itu hanya sisa, barang buangan dan produk tak berguna—sehingga accompanying bacteria sebagai racun parasitisme itu ada. Apa artinya selayak hidup bagi Ibu Pertiwi ke depan? Sungguh ancaman inkubasi penyakit akan merajam sangat mengerikan, bukan?

Itu kecenderungannya dan tengah sangat deras dengan gejala demam panasnya menuju ke sana.

Jika tak dihentikan lajunya, makna ancaman kengerian itu tidak selayaknya seperti tidak secepat proses inkubasi penyakit kanker menyerang ke jaringan seluruh tubuh.

Bahkan, lebih dari itu dia akan bersifat simultan mengarah menyerang ke pusat sasaran jantung.

Berakibat frontal dan fatal, langsung berdampak terjadinya kebangkrutan dan kehancuran total suatu negara akibat chaos terstruktur, sistematis dan masif yang bisa membawa mengantarkan ke kehancuran. Mengapa?

Karena tanpa kepekaan untuk memahami dan menyadari bahwa kini Indonesia itu sudah hanya sekadar bagian sangat kecil dari sistem besar dari entitas globalisasi di bidang apa pun itu. Termasuk , di bidang ekonomi yang menjadi darah di pembuluh nadi tubuh negara Indonesia itu, sudah melekat kuat berjejaring dan berkesatuan mondial.

Kesadaran adanya kehadiran masalah “the rubbish economic” dalam skala masif global tengah menerjang ekonomi Indonesia itu sebenarnya baru terjadi dua-tiga tahun terakhir.

Yaitu, ketika ditandai terjadi maraknya judi online, pinjaman online dan banyak macamnya tindak kriminal cyber digital online.

Seiring dibuka semakin begitu luasnya jaringan dan jejaring internet menjangkau hingga pelosok desa di seluruh nusantara dengan kepemilikan gadget menurut data nyaris 75% dari jumlah populasi penduduk Indonesia.

Efek jejaring digitalisasi atas kepemilikan gadget yang luar biasa ini telah merangsek dan meringsek penggunanya nyaris menyedot melalui perputaran dana judi online itu periode tri wulan saja semenjak 2023 hingga sekarang nyaris 600 triliun.

1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button