Nikah, Obat Dua Sejoli yang Dimabuk Cinta
Abdullah bin Shalih berkata, jika Laits bin Sa’d Ingin berkumpul dengan istrinya, maka dia berada di salah satu kamar di dalam rumahnya dan meminta sebuah pakaian yang biasa disebut al-harakan. Dia pun mengenakan pakaian itu, sehingga dengan begitu dia ingin berkumpul. Tatkala hendak berkumpul dengan istrinya, dia berkata, “Ya Alah, kuatkanlah keasliannya padaku, tinggikanlah dadanya, mudahkanlah tempat masuk dan tempat keluarnya, anugerahkanlah kenikmatannya, berikanlah kepadaku keturunannya yang saleh agar berjuang di jalan-Mu.” Dia baca doanya itu dengan suara nyaring, sehingga bisa didengar oleh Abdullah.
Al-Khara’ithy berkata, ‘Ammarmah bin Watsimah memberitahu kami, bapakku memberitahuku, dia berkata, “Abdullah bin Rabi’ah adalah orang yang terkenal di kalangan orang-orang Quraisy sebagai orang yang baik dan selalu menjaga kehormatan dirinya. Penisnya tidak bisa ereksi. Sementara orang-orang Quraisy tidak pernah ada yang memberi kesaksian tentang kebaikan atau keburukannya dalam masalah ini. Dia pernah menikahi seorang perempuan. Tapi hanya beberapa berselang, istrinya lari darinya dan kembali ke keluarganya lagi. Begitu seterusnya. Lalu, Zainab binti Umar bin Salamah berkata, “Mengapa para perempuan itu lari dari anak pamannya?”
Ada yang menjawab, “Karena perempuan-perempuan yang pernah menjadi istrinya tidak mampu membuatnya mampu melaksanakan tugas sebagai suami.”
“Tak ada yang menghalangiku untuk membuatnya bangkit. Demi Allah, saya adalah perempuan yang berperawakan besar dan bergairah.” Maka akhirnya Zainab menikah dengannya, selalu sabar meladeninya dan akhirnya mereka dikarunia enam anak.
Rasyid bin Sa’id menuturkan dari Zahrah bin Ma’bad, dari Muhammad bin Al-Munkadir, bahwa dia biasa berdoa seusai shalat, “Ya Allah, buatlah dzakarku perkasa, karena yang demikian akan membawa kebaikan bagi keluargaku.”
Hamad bin Zaid menuturkan dari Hisyam bin Hassan, dari Muhammad bin Sirin, dia berkata, “Anas bin Malim mempunyai pembantu yang sudah tua. Suatu hari istrinya mengadu kepada Anas, seraya berkata, “Saya tidak sanggup meladeninya’. Lalu Anas menyuruh pembantunya untuk mengumpulinya sebanyak enam kali sehari semalam.”
Ali bin Ashim berkata, kami diberitahu Khalid Al-Hadza’, dia berkata “Tatkala Allah menciptakan Adam dan menciptakan Hawa’, Allah berfirman kepada Adam, “Wahai Adam, datangilah istrimu!” Hawa’ berkata alangkah nikmatnya ini. Lakukanlah sekali lagi!”
Di dalam Ash-Shahih disebutkan bahwa Sulaiman bin Daud bisa menggilir sembilan puluh istrinya dalam semalam. Di dalam Ash-Shahihain disebutkan bahwa Rasulullah Saw pernah menggilir istri-istrinya dalam semalam. Padahal mereka ada sembilan istri. Boleh jadi beliau mandi hanya sekali saja tatkala menggilir itu, atau sekali mandi setiap kali menggilir seorang istrinya saat itu.
Al-Marrudzy berkata, Abu Abdullah (Ahmad bin Hanbal) berkata, “Hidup membujang itu sama sekali tidak termasuk dalam ajaran Islam.” Nabi Saw menikahi empat belas perempuan. Beliau meninggal dunia dengan sembilan istrinya. Andaikata Bisyr bin Al-Harits mau menikah, tentu urusannya menjadi beres. Andaikata manusia tidak mau menikah, tentu tak kan ada peperangan, haji dan kewajiban-kewajiban lain. Suatu hari beliau pernah tidak mempunyai apa-apa, begitu pula istri-istrinya. Beliau memilih nikah dan menganjurkannya serta melarang hidup membujang dan menyendiri supaya bisa tekun beribadah kepada Allah. Barangsiapa tidak menyukai Sunnah Nabi Saw, berarti dia tidak berada di atas kebenaran. Tatkala Ya’qub ditimpa musibah dan penyakit, beliau juga tetap dalam keadaan menikah dan anaknya lahir. Nabi Saw bersabda, “Aku dijadikan paling menyenangi perempuan’.”
Sumber: Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah, Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu, Jakarta: Darul Falah.