JEJAK SEJARAH

Nilai Sosial dan Spiritual; Tradisi Haul Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi di Tuban

Haul merupakan sebuah tradisi yang amat familiar dalam budaya masyarakat Islam di Nusantara. Tradisi haul sendiri secara praktiknya adalah acara memperingati tahun kematian seseorang, baik tokoh agama maupun masyarakat biasa. Tradisi haul telah mandarah daging dalam budaya masyarakat Islam di berbagai daerah, terlepas dari hukum fiqh bid’ah atau tidak, tradisi ini telah berlaku di masyarakat sejak ratusan tahun silam.

Haul Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi merupakan satu dari sekian tradisi yang masih terus dilakukan oleh masyarakat secara turun-temurun dan telah mendapatkan pengakuan dari masyarakat serta pemerintah setempat. Bagi masyarakat Tuban pada umumnya dan masyarakat Desa Gesikharjo, Kecamatan Palang khususnya, tradisi haul Syekh Ibrahim merupakan hal yang ditunggu-tunggu.

Masyarakat mempercayai dan menyakini dengan adanya tradisi haul memiliki pengaruh besar dalam kehidupan, masyarakat semakin tenang, tentram, dan berkah. Tradisi haul memiliki fungsi, makna, dan nilai. Oleh karena itu, haul tetap dilakukan oleh masyarakat secara turun temurun.

Pengertian Haul

Haul berasal dari bahasa Arab, yang mempunyai arti “telah lewat dan berlalu” atau berarti “tahun”, sehingga yang dimaksud perayaan haul adalah acara peringatan hari ulang tahun kematian atau peringatan tahunan untuk mengenang kematian seorang ulama yang banyak menginspirasi kehidupan masyarakat, terutama dalam hal agama. Tujuan dari tradisi haul antara lain berfungsi sebagai sarana bentuk kebaktian kepada Tuhan, memberikan penghormatan kepada leluhur dan para wali atas jerih payah mereka melakukan perubahan sosial keagamaan, dan sebagai perekat sosial bagi pelaku tradisi setempat.

Haul adalah sebutan bagi warga Nahdlatul Ulama yang masih kuat pengaruhnya di kalangan masyarakat. Bagi sebagian orang haul sudah dianggap sebagai penghubung bagi generasi penerus dan generasi orde keagamaan. Tradisi haul menghadirkan nuansa kharisma seorang leluhur yang datang sebagai manifestasi dari kharisma tersebut. Semakin besar kharismanya maka semakin besar nuansa haul tersebut. Maka tidak heran bila kegiatan haul tetap memiliki pengaruh di masyarakat.

Tradisi haul biasanya diisi dengan tahlil, maulid, pembacaan doa-doa secara bersama-sama, lalu selamatan dengan membagikan sedekah. Bahkan ditambah dengan ceramah agama dari para ulama.

Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi

Perkembangan agama Islam di Pulau Jawa tidak bisa terlepas dari peran para tokoh agama yang disebut wali. Salah satu nama tokoh wali, namun tidak termasuk jajaran walisongo adalah Syekh Ibrahim Asmoroqondi yang menyebarkan agama Islam di pesisir pantai utara Jawa tepatnya di Desa Gesikharjo, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.

Syekh Ibrahim Asmoroqondi atau as-Samarqandi adalah ayahanda Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel), beliau diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh kedua abad ke-14. Syekh Ibrahim diperintah ayahandanya, yakni Syekh Jamaluddin Husein al-Akbar atau Syekh Jumadil Kubro untuk berdakwah ke negara-negara Asia. Perintah inilah yang dilaksanakan dan kemudian beliau diambil menantu oleh Raja Campa, dijodohkan dengan puteri Raja Campa yang bernama Dewi Candrawulan.

Dari perkawinan dengan Dewi Candrawulan itu, maka Syekh Ibrahim mendapatkan keturunan dua orang Putera, yakni Sayyid Ali Rahmatullah dan Sayyid Ali Murtadho. Adapun dakwah agama Islam yang dilakukan oleh Syekh Ibrahim Asmoroqondi, khususnya di daerah Gesik dan Tuban berlangsung pada pertengahan abad ke-15.

Makna dan Nilai Tradisi Haul Syekh Ibrahim Asmoroqondi

Adapun yang menjadi latar belakang diadakannya haul Syekh Ibrahim, karena Syekh Ibrahim dianggap seorang keramat dan beliau adalah seorang waliyullah yang telah melintasi perjalanan spiritual yang tinggi serta telah berjasa besar dalam perintisan dan penyebaran agama Islam.

Haul ulama dan orang-orang saleh, pada dasarnya memiliki makna. Pertama, untuk mengambil teladan dengan kematian seseorang, bahwa kita pada akhirnya nanti juga akan meninggal. Sehingga diri kita selalu meningkatkan ketakwaan dan amal saleh. Kedua, untuk meneladani amaliyah dan kebaikan-kebaikan orang yang dihauli, khususnya jika yang dihauli adalah ulama, sholihin, dan waliyulllah. Ketiga, untuk memohon keberkahan hidup kepada Allah melalui wasilah (perantara) keberkahan-Nya yang diberikan kepada para waliyullah. Keempat, sebagai sarana silahturahmi dan persatuan umat Islam.

Kegiatan tradisi haul Syekh Ibrahim merupakan upacara tradisi yang di dalamnya mengandung nilai-nilai pendidikan. Pertama, nilai pendidikan ketuhanan. Pada dasarnya manusia diciptakan agar bertaqwa kepada Allah SWT. Ini berarti manusia siap menjalani perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan dan mengakui kekuasaan-Nya. Nilai-nilai ini terwujud dalam bentuk berdoa, zikir, dan tahlil. Adapun bentuk rasa syukur adalah sedekah.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button