Normalisasi Hubungan atau Pengkhianatan? Suara Hati Umat untuk Palestina
Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai negara Muslim mulai membuka pintu normalisasi dengan Israel. Kesepakatan yang dilabeli sebagai “langkah untuk perdamaian” ini dikemas sebagai solusi, tetapi apakah benar membawa ketenangan atau malah mengabaikan kepentingan dan penderitaan saudara kita di Palestina? Kenyataannya, hingga detik ini, penindasan yang dialami rakyat Palestina justru semakin intensif.
Menurut laporan terkini, warga Palestina masih berada dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Di Gaza, lebih dari dua juta penduduk hidup dalam blokade ketat yang telah berlangsung sejak tahun 2007, membatasi akses ke kebutuhan pokok, termasuk air bersih, listrik, dan layanan kesehatan. Laporan dari PBB menunjukkan bahwa 80% warga Gaza bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup, dengan tingkat pengangguran yang mencapai 46%, salah satu yang tertinggi di dunia. Blokade ini menciptakan krisis kemanusiaan yang mengancam nyawa, terutama bagi anak-anak dan kelompok rentan lainnya.
Tidak hanya itu, kekerasan terus meningkat di Tepi Barat, dengan Israel memperluas pembangunan pemukiman ilegal yang menggusur ribuan warga Palestina dari tanah mereka. Organisasi HAM menyatakan bahwa tahun 2023 menjadi salah satu tahun paling mematikan di Tepi Barat, dengan peningkatan tajam dalam insiden kekerasan dan penangkapan. Menurut data dari organisasi B’Tselem, setidaknya 200 warga Palestina terbunuh hanya dalam satu tahun terakhir akibat operasi militer Israel. Ini mencerminkan situasi yang jauh dari kata damai dan stabil.
Pandangan Islam tentang Solidaritas Muslim
Islam mengajarkan kita untuk menjaga ukhuwah (persaudaraan) di antara umat Muslim. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya, orang-orang beriman itu bersaudara” (QS. Al-Hujurat: 10). Persaudaraan ini tidak hanya bermakna saling mendukung dalam keadaan damai, tetapi juga memberikan perlindungan dan pembelaan ketika ada penindasan. Nabi Muhammad Saw menegaskan hal ini dalam hadisnya, “Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya; ia tidak akan menzhaliminya atau menyerahkannya kepada musuh.”
Namun, normalisasi dengan Israel seolah mengabaikan ajaran ini. Saat negara-negara Muslim bekerja sama dalam ekonomi dan diplomasi dengan Israel, mereka secara tidak langsung memberi pengakuan kepada negara yang terus-menerus menindas rakyat Palestina dan merampas tanah mereka. Ini bukan sekadar tindakan politik, tetapi juga bertentangan dengan prinsip Islam yang menolak penindasan. Dalam Islam, kita diajarkan bahwa ketidakadilan terhadap satu bagian dari umat adalah masalah bagi seluruh umat.
Normalisasi Tidak Mewakili Aspirasi Umat Muslim
Survei yang dilakukan oleh Arab Opinion Index pada tahun 2022 menunjukkan bahwa 84% warga negara Arab menolak normalisasi dengan Israel selama penjajahan Palestina berlanjut. Ini menunjukkan bahwa langkah-langkah yang diambil oleh sebagian pemimpin Muslim tidak mencerminkan suara hati umat. Sebaliknya, umat Muslim di seluruh dunia merasa bahwa normalisasi justru mengkhianati nilai-nilai Islam dan hak-hak rakyat Palestina.
Islam mengajarkan konsep yang menyeluruh dalam menjaga persaudaraan dan menolak penindasan. Membela saudara yang tertindas di Palestina tidak cukup dengan memberikan dukungan moril atau sekadar bantuan kemanusiaan. Dibutuhkan langkah-langkah konkret yang sesuai dengan tuntunan Islam, termasuk memperjuangkan pembebasan wilayah-wilayah yang diduduki dan memastikan hak-hak rakyat Palestina. Normalisasi yang seakan-akan memudahkan hubungan diplomatik justru menyulitkan tercapainya keadilan.
Islam memiliki konsep jihad sebagai bentuk perlawanan terhadap penindasan, baik melalui upaya fisik maupun dengan cara-cara lain yang sesuai dengan kondisi. Jihad ini menuntut umat Muslim untuk melawan kezaliman dengan tegas, bukan menyerahkannya kepada musuh yang menindas. Inilah yang semestinya menjadi panduan bagi para pemimpin Muslim saat ini. Mereka seharusnya berdiri di garis depan membela Palestina, bukan malah bersekutu dengan pihak yang menindas.
Jika kita ingin melihat perdamaian sejati di Palestina, umat Islam harus menolak normalisasi yang hanya menguntungkan pihak penindas. Sudah saatnya kita berpaling pada ajaran Islam, di mana kebenaran, keadilan, dan persaudaraan menjadi landasan dalam menentukan setiap keputusan. Normalisasi bukanlah solusi, ia adalah bentuk pengkhianatan bagi Palestina dan bagi kita semua yang mengimani Islam.
Maka, mari kita pilih jalan Islam. Jalan yang menuntun kita pada solidaritas sejati dan menolak segala bentuk penindasan.[]
Selvi Sri Wahyuni, M. Pd