Optimisme Anies Menang di Satu Putaran
Dan itu telah mempersepsikan dalam tingkat yang lebih parah lagi kecurangan, agitasi dan pembodohan publik itu ketika kita melihat kondisi komunikasi dan informasi di media sosial digital on line via WA, Instagram, Facebook, Twitter, Telegram, dsb.
Mereka semakin terperosok oleh keburukan-keburukan yang diciptakan dan dibuat oleh mereka sendiri.
Sebaliknya, Anies yang selalu dibully, ditindas, dilecehkan dan difitnah semenjak masih menjabat Gubernur, sekarang tengah di atas angin dan mendapatkan berduyun-duyun massa menggiring gelombang dukungan.
Lihat saja informasi yang berseliweran di medsos. Proyek infrastruktur megalomania kereta cepat dan IKN, adalah At All Cost.
Itu adalah paradoks yang sangat nyata tanpa mempedulikan sarana infrastruktur di ratusan desa-desa tertinggal. Potret peristiwanya anak-anak SD berangkat ke sekolah masih harus bergelantungan di jembatan gantung yang kondisinya rusak dan tak utuh lagi beresiko mempertaruhkan nyawa menyeberangi sungai. Ini sungguh sangat miris dan menyedihkan.
Bahkan, saking ngototnya membangun IKN Jokowi ke China bertemu Xi Jinping, diviralkan di medsos itu seperti tanpa perhitungan dan kehati-hatian tengah begitu mudahnya menyerahkan kedaulatan negara ini.
Alih-alih investasi sampai 180 tahun, adalah investasi keblabasan bak bentuk kolonialisme penjajahan baru. Itu sama saja lebih dari separuh kurun dari 350 tahun semasa kolonial penjajahan lama Belanda dulu. Gilakan? Ini satu fakta lagi karena dampak penyelewengan liberalisasi kapitalisasi investasi UU Omnibuslaw? Kenapa pula DPR dan MK tak menggubrisnya di tengah-tengah sesungguhnya masih cacatnya UU tersebut?
Megalomania proyek IKN yang At All Cost itu juga telah menimbulkan disparitas kesenjangan sosial yang sangat dalam setelah dihantam badai pandemi Covid.
Bagi kelompok oligarki, elite feodal, borjuis hedon, elit politik , itu adalah sumber akumulasi kemakmuran tanpa henti dari keserakahan dan kerakusan mereka.
Bagi masyarakat lain yang mayoritas sebaliknya, jangankan di desa-desa, penderitaan kemiskinan yang sangat parah juga tengah merambah kota-kota:
Menurut survei CNBC Indonesia di enam bulan terakhir akibat PHK dan pengangguran terjadi lonjakan ekonomi underground. Salah satunya pelacuran yang transaksinya mencapai 91 Triliun per tiga bulan ini. Begitupun dengan lonjakan angka perceraian, depresi dan bunuh diri. Keluarga rumah-rumah tangga kota tengah tercekik dan terjerat modus hutang baru “lintah darat digital” alias pinjol yang justru iklannya dibiarkan menjamur di mana-mana. Bahkan, tengah lahir berhamburan pengemis, pengamen jalanan baru, bertambahnya gelandangan tuna wisma dan badut-badut peminta-minta, adalah potret di kota-kota kita kini.
Dan fenomena yang sungguh sangat mengerikan terus berlangsungnya korupsi yang nilainya juga megalomania, kerusakan lingkungan yang terus dikeruk dan dikeduk atas nama investasi SDA tambang yang kini tengah dibanggakan oleh Jokowi diviralkan Indonesia bak mendapat durian runtuh Rp510 T, dan ini yang sangat berbahaya kerusakan generasi akibat korban narkoba, alkohol dengan menebar dan naik tinggi angka tingkat tindak kriminalitas di kalangan generasi muda.