RESONANSI

Pahlawan

Pahlawan adalah orang yang gagah berani membela kebenaran. Pahlawan berasal dari kata “pahala” dan “wan.” Yakni orang yang mendapat pahala dari Allah karena keberaniannya membela kebenaran.

Dalam Islam pahlawan adalah mujahid. Yaitu mereka yang berjuang dengan sekuat tenaga untuk menegakkan risalah Allah. Para pahlawan yang berperang melawan musuh ini bila mati maka ia mati syahid. Jasadnya langsung dikuburkan, tidak dimandikan dan dishalatkan, karena kesuciannya.

Jihad menurut Ibnu Qayyim Al jauziyah ada empat. Pertama jihad melawan orang musyrik. Kedua jihad melawan orang munafik. Ketiga jihad melawan syetan. Keempat jihad melawan hawa nafsu.

Para pahlawan Indonesia yang membela tanah air dari penjajahan kafir Portugis dan Belanda telah terukir dalam sejarah bangsa kita. Mulai dari Diponegoro, Teuku Umar, Tjut Nyak Dien, Jenderal Sudirman, Tjokroaminoto, Bung Tomo, Mohammad Natsir, Hamka dan lain lain.

Kini penjajahan fisik telah pergi. Tapi penjajahan ekonomi, politik, budaya, sosial masih terjadi. Budaya budaya Barat atau perusahaan perusahaan Barat banyak menguasai Indonesia. Anak anak muda lebih suka nonton grup grup band asing daripada grup band tanah air. Exxon, Mobile Oil, Freeport dll masih menguasai ekonomi Indonesia. Ditambah lagi kini perusahaan perusahaan China mulai menyerbu ke Indonesia.

Secara politik Indonesia juga belum mandiri. Ketergantungan investasi pada China dan Amerika membuat kita tidak lincah dalam melakukan politik non blok dan damai.

Pahlawan-pahlawan kini dibutuhkan tanah air. Pahlawan yang kreatif dan berani melakukan terobosan terobosan baru sehingga kita tidak bergantung pada pihak luar. Pahlawan yang berani hidup sederhana sebelum rakyat Indonesia makmur. Pahlawan yang rela menghibahkan waktunya 24 jam agar masyarakat menjadi mandiri dan tidak tergantung pada impor.

Ketergantungan pada impor susu, keledai, gula, beras dll menjadikan Indonesia masih jauh dari kemakmuran. Para pengambil kebijakan belum berani menjadi pahlawan untuk membangun swasembada pangan. Para pejabat masih ngiler kecipratan komisi yang didapatkan dari para pengusaha yang melakukan impor.

Bila jiwa kepahlawanan ini menipis di kalangan pejabat kita, maka janganlah harap Indonesia menjadi adil makmur. Keadilan dan kemakmuran akhirnya hanya dimiliki oleh segelintir orang, yaitu kaum elite di negeri ini.

Kaum alit yang justru menjadi pahlawan di negeri ini. Mereka setia membayar pajak, setia bekerja untuk negara meski gaji kecil (guru honorer), setia menerima upah kecil agar industri tidak gulung tikar dll.

Jiwa pahlawan ini mestinya ditanamkan presiden Prabowo kepada bawahannya. Tentu Prabowo dulu yang memulainya. Presiden tidak boleh memberikan kemudahan bisnis kepada keluarga atau partainya. Presiden tidak boleh memberikan fasilitas mewah kepada para pejabatnya. Bila ini tidak dilakukan, maka presiden akan mengulangi kesalahan presiden sebelumnya. Pejabat dan kroni presiden makin kaya, sedangkan rakyat terus miskin.

Akhirnya marilah kita renungkan puisi yang dibuat oleh dua pahlawan kita. Buya Hamka dan Mohammad Natsir.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button