Palestina Adalah Kita
Sementara dahulu, melalui futuhat, Palestina menjadi tanah kharajiyah, telah dibebaskan oleh pasukan muslim melalui pengepungan yang lama. Pada tahun 638 M atau bertepatan dengan 16 Hijriah, Patriach Sophorius menyerahkan kota suci kepada Khalifah Umar bin Khattab. Wilayah Palestina yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Byzantium (Romawi Timur), berhasil diriayah oleh Islam.
Di bawah kekuasaan Islam, Palestina berkembang menjadi sebuah wilayah yang multikultur. Umat Islam, Nasrani, dan Yahudi yang berdiam di wilayah Palestina pada masa itu hidup berdampingan secara damai dan tertib. Sejak awal futuhat, penguasa Islam tidak pernah memaksakan Islam kepada penduduk setempat. Mereka tetap diperbolehkan menganut keyakinan lama mereka dan diberi kebebasan beribadah. Damai meliputi Palestina di bawah kepemimpinan Islam.
Maka saat ini, mengembalikan kemerdekaan hakiki adalah dengan mengusir Israel dari wilayah Palestina. Kemerdekaan Palestina tidak dapat dimaknai berdirinya 2 (dua) negara yaitu Israel dan Palestina. Apabila itu terjadi sesungguhnya Palestina belum merdeka. Palestina dan negeri-negeri muslim lainnya tidak dapat dibebaskan dari penjajahan sementara kaum muslimin masih terkungkung dalam negara kebangsaan atau nasionalisme.
Musuh-musuh Islam akan merangsek terus masuk ke dalam tubuh umat, menguasai harta, jiwa dan pemikiran, serta menunjukkan eksistensinya pada rentang waktu yang sangat panjang. Umat tidak boleh lemah, jumlah tentara kaum muslim jika digabung akan menjadi sangat besar. Dipimpin oleh seorang pemimpin yang menyatukan umat dengan visi dakwah disertai jihad fi sabilillah akan mendatangkan kemenangan bagi Islam.
Inilah solusi mendasar dan komprehensif untuk menundukkan arogansi Israel. Esensinya adalah perjuangan perang melawan kafir penjajah untuk menegakkan agama Allah. Oleh sebab itu, perlawanan tidak cukup hanya dengan batu, ketapel tapi harus dengan militer yang kuat dan tangguh. Juga tidak dengan dengan mengutuk atau hanya memberi bantuan kemanusiaan.
]إِنَّمَا الْمًؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوْا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوْا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ[
Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara. Karena itu, damaikanlah kedua saudara kalian, dan bertakwalah kalian kepada Allah supaya kalian mendapatkan rahmat. (QS al-Hujurat [49]: 10).
Nasionalisme menjerat, seolah menunjukkan bahwa ini adalah urusan Palestina. Ia pun memecah belah umat. Maka harus dihilangkan, agar kaum muslim menjadikan Palestina sebagai perkara kaum muslim seluruhnya. Karenanya tidak bisa dibiarkan, sebagaimana dahulu sikap tegas Rasulullah shollallaahu alaihi wassalam terhadap pembangkangan kabilah Yahudi Nadhir, Qainuqa, Quraizhoh.
Sebaliknya hal yang sama pun terjadi. Musuh besar umat bukan hanya Israel, akan tetapi seluruh negara di belakang Israel, yang memberi bantuan dan dukungan dengan persenjataan dan kesepakatan jahat lainnya, yang melanggengkan penjajahan terhadap umat dan tegaknya dinullah.
Al aqsho adalah tempat yang diberkahi dan kiblat yang pertama, maka membela Al-Aqsho adalah membela agama bukan sekadar kemanusiaan. Theodore Hertzel pernah ditolak Khalifah Abdul Hamid II, meski ia datang dengan membawa sejumlah harga yang sangat besar. Khalifah mengusirnya. Upaya untuk meruntuhkan khilafah sebagai pelindung utama negeri-negeri kaum muslim adalah target utama penjajahan dan tidak akan pernah berhenti hingga tegak lagi di bumi Allah.
Diperlukan kecerdasan politik Islam di sisi umat yaitu terus menegakkan kepedulian kita terhadap seluruh perkara di dalam dan luar negeri dengan menggunakan perspektif Islam.
Sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَمَا لَـكُمْ لَا تُقَا تِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَا لْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنَ الرِّجَا لِ وَا لنِّسَآءِ وَا لْوِلْدَا نِ الَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَاۤ اَخْرِجْنَا مِنْ هٰذِهِ الْـقَرْيَةِ الظَّا لِمِ اَهْلُهَا ۚ وَا جْعَلْ لَّـنَا مِنْ لَّدُنْكَ وَلِيًّا ۚ وَا جْعَلْ لَّـنَا مِنْ لَّدُنْكَ نَصِيْرًا
“Dan mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang yang lemah, baik laki-laki, perempuan, maupun anak-anak yang berdoa, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang penduduknya zalim. Berilah kami pelindung dari sisi-Mu dan berilah kami penolong dari sisi-Mu.” (QS. An-Nisa’ 4: 75)
Lulu Nugroho, Muslimah Pengemban Dakwah dari Cirebon