Palestina: Dari Isra’ Mi’raj Hingga Dijajah Zionis Israel (2)
Palestina adalah bumi peradaban. Di sana ada Masjid Al Aqsha, salah satu dari dua kiblat-dan menempati urutan ketiga di antara bumi yang dimuliakan. Tempat dimana Rasulullah mengabarkan kepada kita bahwa shalat satu kali di dalamnya setara dengan shalat 500 kali di masjid lain. Dan sesungguhnya tidak dianjurkan melakukan perjalanan jauh yang memberatkan kecuali ke Masjid Al Aqsha Palestina, Masjidil Haram dan Masjid Nabawi yang mulia.
Meningkatnya Jumlah Imigran Yahudi ke Palestina
Imigrasi kaum Yahudi ke Palestina semakin bertambah dengan bantuan Inggris. Karena itu, penduduk Palestina dan kaum muslimin di seluruh belahan dunia harus memprotes hal itu.
Pada tahun 1933 M kekacauan terjadi di sejumlah kota dan desa di Palestina.
Baca juga: Palestina: Dari Isra’ Mi’raj Hingga Dijajah Zionis Israel (1)
Puncaknya, pada tahun 1935 M, Syaikh Al Mujahid Izzuddin Al Qassam mati syahid saat memimpin aktifitas bersenjata pertama Palestina melawan Inggris dan Yahudi. Setelah itu bergolak revolusi pada tahun 1936 M yang dilakukan para penduduk Palestina selama enam bulan.
Buku Putih
Pada 1939 MacDonald, Menteri Negara Urusan koloni Britania Raya (Inggirs) menerbitkan sebuah perjanjian kepada penduduk Palestina yang dikenal dengan “Kitab Putih”. Buku ini berisi tentang kemerdekaan Negara kesatuan Palestina selama lima tahun setelah selama 10 tahun memberikan toleransi kepada 15.000 orang Yahudi berimigrasi ke Palestina setiap tahun. Dan kepemilikan masih menjadi milik penduduk Palestina.
Tetapi, sebagaimana biasa orang-orang Yahudi dan Inggris mengkhianati isi perjanjian dalam buku putih ini. Mereka semakin menambah jumlah imigran Yahudi ke Palestina dan memberikan kepemilikan tanah Palestina kepada orang Yahudi. Maka, protes penduduk’ Palestina pun terjadi di seluruh penjuru Palestina.
Dukungan Orang Amerika untuk Yahudi
Aksi kekerasan yang terus terjadi di Palestina berujung pembentukan Komite Investigasi Anglo-Amerika pada 1946. Pembentukan komite ini diharapkan bisa menyelesaikan berbagai masalah, khususnya terkait imigrasi Yahudi ke Palestina.
Komite ini kemudian menyetujui rekomendasi AS terkait pemindahan segera 100 ribu pengungsi Yahudi di Eropa ke Palestina. Komisi ini juga mere komendasikan tak ada negara Arab atau Yahudi di Palestina. Namun, implementasi rekomendasi ini ternyata tak semudah yang dibayangkan. Bahkan, PresidenAS Harry S Truman membuat Partai Buruh Inggris berang karena dukungannya terhadap imigrasi 100 ribu pengungsi Yahudi, tetapi menolak temuan komite lainnya. Kondisi inilah yang membuat Inggris mengumumkan niatnya menyerahkan Mandat Palestina ke tangan PBB.
Akibat niat Inggris ini, PBB membentuk Komite Khusus untuk Palestina (UNSCOP) pada 15 Mei 1947. UNSCOP yang terdiri dari 11 negara ini melakukan sidang dan kunjungan ke Palestina untuk melakukan investigasi. Pada 31 Agustus 1947, UNSCOP memaparkan Iaporannya. Dalam salah satu bagian laporannya, UNSCOP merekomendasikan kepada Sidang Umum PBB sebuah skema pembagian wilayah Palestina dalam masa transisi selama dua tahun yang dimulai pada 1 September 1947., Pembagian itu terdiri atas negara Arab merdeka (11.000 km persegi), negara Yahudi (15.000 km persegi). Sementara kota Jerusalem dan Betlehem akan berada di bawah kendali PBB.
Usulan ini tidak memuaskan kelompok Yahudi maupun Arab. Bangsa Yahudi kecewa karena kehilangan Jerusalem. Namun, kelompok Yahudi moderat menerima tawaran ini dan hanya kelompok-kelompok Yahudi radikal yang menolak. Sementara itu, kelompok Arab khawatir pembagian ini akan mengganggu hak-hak warga mayoritas Arab di Palestina.
Dalam pertemuan di Kairo, Mesir, pada November dan Desember 1947, Liga Arab, mengeluarkan resolusi yang menyetujui solusi militer untuk mengakhiri masalah ini. Dalam kenyataannya, sejumlah negara Arab memiliki agenda tersendiri. Jordania ingin menguasai Tepi Barat, sementara Suriah menginginkan bagian utara Palestina, termasuk wilayah yang diperuntukkan bagi Yahudi dan Arab.
Perlawanan Persenjataan
Pertempuran antara Yahudi dan warga Arab di Palestina mulai terjadi pada tahun 1948 M. Panglima Fauzi memasuki pertempuran bersama Al lkhwan Al Muslimin dan para relawan yang lebih mencintai kematian di jalan Allah daripada kehidupan. Pasukan Arab datang ke Palestina bersama pemimpin mujahid Abdul Qadir Al Husaini dan pasukannya yang berjuang di Palestina.
Pengkhianatan, Faktor Kekalahan
Duel antara pasukan ini dan orang-orang Yahudi pun terjadi. Pasukan tersebut mendirikan tempat-tempat penyergapan, menyerang kolonial mereka dan membunuh mereka dengan jumlah yang banyak. Akan tetapi, lantaran ada beberapa pengkhianat dan intervensi beberapa negara besar dan sekutunya dari para penguasa Arab yang diperintahkan untuk menarik diri dan mengirimkan senjata-senjata yang rusak kepada pasukan, maka semua ini menyebabkan kekalahan pasukan Arab dan peperangan pun usai. [BERSAMBUNG]
(Muqadamah)