Pancasila 1 Juni Berasal dari San Min Chu I
Endang Syaifuddin Anshari dalam bukunya Piagam Jakarta 22 Juni 1945 mengatakan, bukanlah dari bumi Indonesia Soekarno menggali Pancasilanya. Ide-ide dan sumber-sumber luar memegang peranan penting dalam pelahirannya.
Begitu juga istilah Sosio-nasionalisme dan Sosio-demokrasi yang mengisi Trisila bukanlah asli konsep dari bumi pertiwi ini tapi pemikiran luar. Sosio-nasionalisme terdiri paham internasionalisme dan nasionalisme. Sosio-demokrasi mencakup demokrasi dan keadilan sosial.
Dua istilah itu pernah dipakai menjadi asas Partai Indonesia (Partindo) dalam konferensi di Mataram tahun 1933. Sosio-demokrasi dan Sosio-nasionalisme itulah yang disebut Marhaenisme.
Mohammad Yamin waktu mendirikan Partai Persatuan Indonesia (Parpindo) juga memakai asas Sosio-demokrasi dan Sosio-nasionalisme tahun 1939.
Jadi kalau sekarang PDIP menafsirkan Pancasila dengan perasan Trisila yang berisi Sosio-demokrasi dan Sosio-nasionalisme maka partai itu hendak menyebarkan paham Marhaenisme menjadi dasar negara.
Istilah Ketuhanan yang berkebudayaan dan berkeadaban yang sering disampaikan Ketua Umum PDIP Megawati juga berasal dari Bung Karno dalam pidato 1 Juni itu.
Bung Karno menjelaskan,”l “Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan secara kebudayaan, yakni dengan tiada egoisme-agama. Dan hendaknya negara Indonesia satu negara yang bertuhan. Marilah kita amalkan, jalankan agama, baik Islam, maupun Kristen, dengan cara yang berkeadaban. Apakah cara yang berkeadaban itu? Ialah hormat menghormati satu sama lain.”
Sugeng Purwanto
sumber: pwmu.co