RUANG MUSLIMAH

Pandangan Islam tentang ‘Independent Women’

Islam telah menjamin seorang perempuan akan mencapai kesuksesan pribadi dan kesuksesan generasi serta masyarakat sekitarnya. Perempuan juga menjadi pemimpin dalam hal merawat, mengasuh, dan memelihara keluarganya. Dengan demikian, statement bahwa untuk menjadi nomor satu maka perempuan harus bekerja adalah salah.

Kemudian, setiap insan diwajibkan untuk bercita-cita setinggi langit sebagaimana hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Thabrani No. 2894, “Sesungguhnya Allah menyukai permasalahan yang tinggi-tinggi dan mulia dan Allah membenci yang biasa-biasa.”

Namun, cita-cita yang besar (tinggi dan mulia) lahir dari pemahaman tentang tujuan hidup sesungguhnya, yaitu beribadah kepada Allah. Sebagaimana yang telah tertulis dalam QS. Adz Dzariyat ayat 56.

Maka, menyandang gelar profesi dokter, guru, profesor, dan atribut sekunder lainnya bukanlah termasuk ke dalam cita-cita yang tinggi. Hakikatnya, identitas muslimah adalah hamba Allah yang berkewajiban menegakkan kalimat Allah di muka bumi.

Pilihan tindakan tragis seperti no marriage atau childfree juga lahir akibat kebebasan pemahaman konsep ini. Dapat dibayangkan, perempuan yang menjadi cikal bakal seorang ibu harus terkalahkan oleh benteng kemandirian. Padahal, kodrat dan fitrah seorang perempuan tidaklah demikian.

Bukankah seharusnya Kisah Al Khansa binti Amru, seorang ibu dari empat anak syuhada menjadi teladan perempuan saat ini? Beliau menjadi madrasah pertama bagi keempat putranya dan menjadi sosok perempuan tangguh dan ikhlas.

Pada intinya, muslimah telah dilahirkan untuk menjadi sosok yang mulia, tangguh, memiliki kapasitas berpikir cemerlang, dan berperan penting dalam mencetak generasi penakluk. Bukan karena label kemandiriannya yang menjadikan perempuan lupa bahwa mereka memiliki peran strategis untuk membawa perubahan umat.

Oleh karena itu, untuk mengembalikan hakikat peran muslimah dibutuhkan penegakan kembali sistem Islam melalui tiga pilar, yaitu individu yang bertaqwa, masyarakat yang beramar ma’ruf, dan negara yang menerapkan syariat Islam. Hanya dengan sistem tersebut kehidupan berjalan sebagaimana mestinya sesuai kodrat dan fitrahnya. []

Dias Paramita, Mahasiswi Ilmu Gizi Universitas Brawijaya, Aktivis Muslimah di Kota Malang.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button