Parade Paradoks atas Nama Covid
Diduga kuat, ada motif ekonomi dibalik parade paradoks di atas. Kedatangan WNA China merupakan lanjutan dari berbagai investasi hasil proyek One Belt One Ring (OBOR) China yang sudah diteken pemerintah tahun 2019 lalu.
Ajakan berbelanja pun dalam rangka mendongkrak ekonomi. Ada subsidi ongkos kirim untuk belanja online. Pemerintah juga mencairkan THR untuk ASN. Investasi juga digenjot. Jadi, masyarakat masih bisa berlebaran dan kirim-kirim hadiah untuk keluarga meskipun tidak mudik.
Sebelas dua belas dengan anjuran berwisata. Diharapkan dengan pembukaan destinasi wisata lokal mampu meningkatkan ekonomi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Mengatasi pandemi sambil menyelamatkan ekonomi hanya menimbulkan paradoks. Kecenderungan memulihkan ekonomi lebih besar. Akhirnya, inkonsistensi kebijakan terjadi dan menurunkan kredibilitas pemerintah di mata rakyat. Hal ini menurunkan kepatuhan pada protokol kesehatan. Dan Indonesia disebut berkinerja buruk dalam menangani pandemi corona. Hal itu berdasarkan indeks kinerja Covid-19 yang dirilis oleh Lowy Institute (Bisnis.com, 28/01/2021).
Sistem kapitalisme telah gagal mengatasi pandemi. Nyaris semua negara gagal menangani pandemi covid-19. Padahal jika serius dan fokus, maka masyarakat bisa beraktivitas normal dan otomatis roda ekonomi akan berputar kembali.
Sebenarnya islam telah mengajarkan cara mengatasi pandemi dengan penyelesaian yang tuntas.
Pertama, muhasabah penguasa dan masyarakat. Jika ada kemaksiatan dan kezaliman, maka segera dihilangkan. Karena kezaliman mengundang azab Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Anfal ayat 25.
Kedua, memisahkan antara yang sehat dan sakit. Untuk itu perlu memaksimalkan 3T, pemeriksaan dini (testing), pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment). Sehingga yang sehat bisa beraktivitas seperti biasa sedangkan yang sakit bisa mendapat perawatan.
Ketiga, menerapkan protokol kesehatan secara tegas dan adil. Jangan ketat hanya pada rakyat biasa dan umat muslim. Tapi longgar pada pejabat, pesohor dan asing. Jangan sampai rakyat merasakan ketidakadilan penerapan protokol kesehatan.
Jangan sampai hadir di benak rakyat bahwa virus covid-19 di negeri +62 adalah varian baru. Cirinya, menular pada yang mudik tapi tidak pada yang piknik, belanja, juga WNA China. Hadir di kawinan anak habib, tapi absen di kawinan anak artis.
Jika sampai terbenak, alamat covid akan bertahan lama di Indonesia. Sebab rakyat semakin tak peduli pada kebijakan apapun yang mengatasnamakan covid, karena covid sudah ditarik ulur menyesuaikan kepentingan penguasa. Nau’udzubillah []
Mahrita Julia Hapsari, Komunitas Muslimah untuk Peradaban.