Pasien Corona: Teriak-teriak, Serang Petugas, Hingga Coba Bunuh Diri
Jakarta (SI Online) – Virus corona (COVID-19) ternyata tidak hanya mengakibatkan gangguan fisik pasien namun juga berdampak pada kesehatan mental.
Sejumlah pasien positif Corona mengalami kecemasan, rasa putus asa, depresi bahkan ada yang mencoba untuk bunuh diri.
“Saat itu saya berpikir orang yang kena Covid itu seperti orang hidup tapi dianggap mati. Saya berarti akan mati. Saya shock, saya depresi. Badan saya drop, pikiran saya hancur,” kata pasien corona yan telah sembuh, Arif Wijaya, seperti dilansir BBC News Indonesia.
Arif adalah satu dari ribuan pasien positif virus corona yang sembuh. Ia menceritakan bagaimana virus corona tidak hanya menyerang kesehatan fisik, namun juga pertahanan mentalnya.
Arief mengakui, serangan pertama terhadap pertahanan mental dimulai ketika ia menjalani tes hingga dinyatakan positif virus corona.
“Pertama saat saya ditolak berkali-kali rumah sakit. Saya telat mungkin karena saya sudah tidak ada harapan untuk hidup. Pikiran saya berkecamuk, bagaimana jika saya kena Covid? Saya akan dikucilkan, diisolasi. Orang hidup dianggap mati,” kata dia.
Ditambah lagi, saat itu kondisi fisik Arif sangat lemah. Ia tidak makan dua hari yang menyebabkan tubuhnya lemas dan juga menderita sesak nafas.
“Setelah dikasih tahu saya positif. Jantung saya deg-degan, perasaan dan pikiran saya hancur. Saya shock dan stres,” katanya.
Serangan virus corona terhadap pertahanan mental tidak berhenti di situ. Serangan kedua, saat menjalani masa isolasi dimana Arif harus berjuang keras untuk hidup.
“Lalu saat diisolasi saya berpikir ini Covid berarti matilah karena saya lihat data yang ada saat itu tidak ada yang sembuh.”
“Fisik saya drop sekali, lemas. Shalat saja tayamum. Saya merasa sudah tidak kuat lagi. Kemarin saya berpikir ditolak karena tidak ada harapan hidup, sekarang saya sudah ditolong tapi sudah maksimal dan saya sudah tidak bisa bertahan,” kata Arif.
Namun, di tengah serangan virus corona terhadap kesehatan fisik dan mental, Arif mencoba terus bertahan.
Dua hal yang menjadi penyemangatnya untuk dapat terus hidup, yaitu berdoa dan berkomunikasi dengan keluarga. Apalagi saat itu, sudah ada informasi bahwa pasien pertama dan kedua yang menderita Covid-19 telah sembuh.
Usai tiga hari melewati masa kritis, kondisi Arif membaik. “Covid tidak membunuh saya, ini hanya ujian. Berdoa dan keluarga itu kunci membangkitkan dan menyemangati saya,” katanya.