INTERNASIONAL

PBB: Kelaparan di Gaza Terus Meluas

Pakar bantuan mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa kelaparan di Gaza adalah “buatan manusia”.

“Kelaparan Gaza sudah di sini. Kelaparan yang direkayasa. Kelaparan buatan manusia,” katanya. “Anak-anak di Gaza secara sistematis dibiarkan mati kelaparan. Ini adalah penggunaan kelaparan sebagai senjata perang dalam bentuknya yang paling jelas.”

Ashing menggambarkan klinik-klinik yang “penuh dengan anak-anak kekurangan gizi” yang kini terdiam. “Anak-anak tidak lagi punya tenaga untuk berbicara atau menangis kesakitan. Mereka terbaring kurus kering, secara harfiah menghilang.”

Ia menceritakan bagaimana gambar-gambar anak-anak di pusat dukungan Save the Children di Gaza berubah dari melukiskan harapan akan perdamaian dan pendidikan menjadi keinginan sederhana untuk makanan, dan belakangan, untuk kematian.

“Sejak pengepungan total dimulai pada Maret, anak-anak semakin sering mengatakan mereka berharap ada makanan, ada roti. Beberapa minggu terakhir, semakin banyak anak yang berkata mereka berharap mati,” ujarnya.

Seorang anak menulis: “Aku berharap aku di surga bersama ibuku. Di surga, ada cinta, ada makanan dan air.”

Serangan Terus Berlanjut

Saat peringatan kelaparan meningkat di PBB, rumah sakit di Gaza melaporkan korban baru akibat serangan Israel.

Rumah Sakit Lapangan Khusus Kuwait mengatakan serangan drone semalam terhadap tenda-tenda pengungsi di Khan Younis, Gaza selatan, menewaskan tiga orang, termasuk seorang anak dan seorang wanita, serta melukai 21 orang lainnya. Rumah Sakit Nasser melaporkan sedikitnya enam orang lagi terbunuh dalam serangan terpisah di kota tersebut.

Serangan Israel di dekat lokasi distribusi bantuan yang dikelola GHF—organisasi yang didukung Israel dan AS—menewaskan sedikitnya 12 orang pada Rabu, menurut staf medis. Empat korban tewas saat menunggu paket makanan kecil di Gaza utara.

Reporter Al Jazeera, Tareq Abu Azzoum, melaporkan dari Deir el-Balah bahwa keluarga-keluarga di Gaza “kehabisan strategi bertahan hidup”.

“Orang tua mengandalkan pengiriman bantuan yang sporadis dan melewatkan makan agar anak-anak mereka bisa makan lebih dulu,” kata Abu Azzoum, seraya menambahkan bahwa distribusi bantuan tetap “tidak memadai, kacau, dan sering dijarah oleh massa lapar maupun kelompok bersenjata”.

“Itulah mengapa kita terus melihat ribuan orang melakukan perjalanan sulit ke pusat-pusat bantuan GHF di Gaza tengah dan selatan. Itulah mengapa kita terus melihat kematian akibat gizi buruk parah setiap hari,” jelasnya.

Secara keseluruhan, pasukan Israel membunuh 51 warga Palestina sejak Rabu pagi, menurut sumber kesehatan.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button