NUIM HIDAYAT

Pecahnya Jaringan Islam Liberal

Akhmad Sahal, sama dengan Nadirsyah. Pengurus Cabang Istimewa NU Amerika ini pada 17 Februari 2017 lalu menulis : “Saya gak rela DKI dipimpin orang yg mesra dgn FPI dan munduk2 ke Rizieq Shihab. Lihat aksi2 premanisme FPI ini.” Ahmad Sahal juga tiap hari kini menulis tweet untuk membela Ahok, termasuk membela iklan Ahok terakhir yang kontroversial itu.

10 April 2017, Sahal menulis : “Makna sowannya Ahok ke PBNU: Ahok tak diangap penista Islam, krn ia memang tak menista. Tuduhan penistaan hanyalah akal2an utk menjegalnya.”

Sedangkan Guntur Romli yang dikenal pembela die hard Ahok, marah ketika kasus Novel Baswedan, dipakai kampanye oleh Tim Anis. “Gak Rachel, gak Anies, ternyata picik & licik, ambil manfaat politis dr serangan thdp Novel Baswedan, pdhal ini teror pd jihad anti korupsi,” kata Guntur dalam tweetnya.

Guntur juga meretweet tulisan Akhmad Sahal : “Bagi NU, soalnya bukan lagi ttg Pilkada, tp mencegah jangan sampe kaum radikal berkuasa di ibu kota dan di NKRI.”

Luthfi Assyaukanie, pernyataan-pernyataannya lebih kasar lagi. Di Facebooknya 3 November 2016, ia menyatakan Islam sebagai agama pemaaf, santun, dan rahmatan lil alamin cuma omong kosong. Menurutnya, hikmah terbesar dari hiruk-pikuk pilkada DKI Jakarta adalah agama Islam punya umat yang brutal, norak, pemarah, dan dungu. “Siapa yang mau ikut agama yang brutal? Siapa yang mau ikut orang-orang bengis, norak dan tolol? Agama yang tidak bisa mengubah perilaku umatnya menjadi lebih baik adalah agama yang gagal, agama yang tak layak dibanggakan,” tuturnya.

Hosen, Sahal, Guntur dan Luthfi memang seringkali menakut-nakuti masyarakat dengan mengeksploitasi keradikalan FPI pendukung Anies Sandi. Mereka tidak peduli Anies-Sandi jauh lebih ramah dan santun daripada Ahok-Djarot. Mereka juga tidak peduli Rais Syuriah NU DKI Jakarta (saat itu), KH Mahfudz Asirun dan banyak kiai NU di Jakarta tidak mendukung Ahok. Bagi mereka NU adalah KH Aqil Siroj.

Begitulah nasib JIL. Kini pedagang asongan liberalisme itu kocar kacir. Meski demikian, mereka masih mempengaruhi banyak perguruan tinggi, media sosial dan para pejabat di istana. Pertarungan pemikiran memang tak pernah henti. Wallahu azizun hakim. []

Nuim Hidayat, Ketua DDII Depok (2012-2021), Anggota MIUMI dan MUI Depok.

Laman sebelumnya 1 2
Back to top button