Pejabat Eropa Ngaku Terkejut dengan Kemampuan Hamas dan Jihad Islam
Jakarta (SI Online) – Pertempuran militer Israel dengan kelompok pejuang Islam di Jalur Gaza, Hamas dan jihad Islam, yang berakhir dengan gencatan senjata pada Jumat (21/05/2021) menunjukkan kemampuan kelompok pejuang Palestina dalam membangun persenjataan.
Rendahnya biaya senjata dan kebutuhan untuk membangun kembali Gaza membuat Israel dan komunitas internasional bingung bagaimana memenuhi kebutuhan dasar warga Gaza, namun ingin tetap menjaga barang-barang biasa seperti pipa, gula, dan beton agar tidak digunakan untuk keperluan militer.
Para pejabat saat ini tidak melihat jawaban yang mudah, dengan mengatakan bahwa tidak mungkin untuk menutup bahkan daerah yang relatif kecil seperti Gaza dan untuk mencegah barang-barang untuk rekonstruksi diubah menjadi roket buatan lokal.
Hamas dan Palestine Jihad Islam telah meningkatkan kuantitas dan kualitas roket mereka sejak konflik Gaza terakhir dengan Israel pada 2014.
“Kami sangat terkejut dengan kemampuan Hamas kali ini. Mereka memiliki roket jarak jauh yang tidak mereka miliki sebelumnya. Itu semua tergantung pada Iran,” kata seorang pejabat senior Eropa yang tidak mau disebutkan namanya, dikutip dari Reuters, 24 Mei 2021.
Baca juga:
Petinggi Hamas Hadiri Parade Kemenangan di Jalur Gaza
Pemimpin Tertinggi Iran: Israel Tak Berdaya Lawan Kebangkitan Palestina Bersatu
Pejuang Hamas menggunakan peluncur roket A-120 yang memiliki jangkauan sekitar 120 km untuk membalas serangan udara Israel ke wilayah Gaza. Roket itu mirip dengan R-120 yang dibanggakan Hamas sebagai roket jarak jauh buatan dalam negeri, yang pertama kali ditembakkan dalam perang 2014.
Israel mengatakan, Hamas, Jihad Islam dan kelompok pejuang lainnya menembakkan sekitar 4.360 roket dari Gaza selama konflik terbaru, di mana sekitar 680 roket jatuh ke Jalur Gaza. Pencegat Iron Dome Israel, diaktifkan melawan roket yang mengancam pusat populasinya, memiliki tingkat penembakan yang berhasil sekitar 90%, klaim militer.
Dikatakan 60 atau 70 roket masih menghantam pusat populasi, menyiratkan tingkat akurasi sekitar 15%. Yang lainnya jatuh di area terbuka, namun memicu kepanikan dan membuat orang Israel mencari tempat berlindung.
Mayoritas roket, kata para analis, adalah roket jarak pendek, tidak canggih dan buatan sendiri.
“Roket itu sangat mudah dibuat dan mereka menggunakan pipa logam. Roket sering, percaya atau tidak, akan menggunakan detritus dari rudal Israel,” kata Daniel Benjamin, mantan koordinator kontraterorisme Departemen Luar Negeri AS.
Seorang pejabat Hamas, Sami Abu Zuhri, mengatakan kelompoknya telah mengembangkan keahliannya sendiri dalam memproduksi roket dan tidak membutuhkan bantuan.