INTERNASIONAL

Pekerja Kemanusiaan: Langkah Baru Israel Tak Hentikan Krisis Kelaparan di Gaza

Langkah-langkah seperti pengiriman udara dan koridor bantuan dinilai tak banyak membantu menghentikan meningkatnya jumlah korban tewas.

Jakarta (SI Online) – Para pekerja kemanusiaan menyatakan bahwa langkah-langkah baru Israel — yang diklaim untuk memperbaiki situasi kemanusiaan di Gaza — sangat jauh dari memadai. Akses bantuan tetap diblokir sementara kelaparan massal terus memburuk.

Langkah-langkah baru ini, yang mulai berlaku pada hari Minggu dan mencakup jeda kemanusiaan harian, pengiriman bantuan melalui udara, serta koridor kemanusiaan untuk truk bantuan PBB, diumumkan Israel di tengah meningkatnya tekanan internasional untuk mengatasi krisis kelaparan.

Namun menurut kelompok bantuan, blokade Israel terhadap bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza adalah penyebab utama krisis kelaparan yang telah menyebabkan 151 warga Palestina meninggal karena kelaparan—lebih dari setengahnya dalam sebulan terakhir. Sementara krisis ini makin dalam, militer Israel terus melancarkan serangan dan menewaskan sedikitnya 48 orang yang sedang mencari bantuan pada Rabu, menurut Kementerian Kesehatan di wilayah tersebut.

“Dua puluh satu bulan sudah berlalu, ini hanya tindakan simbolis. Ini teatrikal, dari sudut pandang saya hanya untuk mengalihkan perhatian publik. Kami diblokir dan ditunda di setiap langkah,” kata Bushra Khalidi, kepala kebijakan di Oxfam, menanggapi langkah bantuan baru dari Israel.

Sebagian besar jalur masuk ke Gaza tetap tidak dibuka. PBB telah menyerukan gencatan senjata total dan mendesak Israel untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk guna segera menangani krisis kelaparan.

Jumlah truk bantuan yang masuk ke Gaza memang meningkat sejak langkah baru diumumkan, dengan lebih dari 200 truk dilaporkan masuk pada Selasa, menurut otoritas bea cukai Israel (COGAT). Namun, rata-rata jumlahnya masih hanya sekitar 70 truk per hari sejak Mei.

Namun jumlah itu masih jauh dari angka 500–600 truk per hari yang disebut PBB sebagai kebutuhan minimum untuk menopang 2 juta penduduk Gaza. Beberapa lembaga bantuan bahkan menyatakan bahwa kebutuhan sebenarnya kini jauh melebihi angka 600 truk, mengingat Gaza kini menghadapi kelaparan.

“Kebutuhannya jauh lebih besar daripada sebelum perang. Tapi aksesnya justru lebih buruk. Kelaparan tidak bisa diatasi dengan 10 atau bahkan 300 truk. Yang dibutuhkan bukan solusi tambal sulam, melainkan perubahan sistemik yang nyata,” tegas Khalidi.

Warga dan tenaga medis menyatakan mereka belum merasakan adanya perubahan terhadap kondisi sehari-hari mereka, dengan malnutrisi masih mencengkeram wilayah tersebut.

“Kami banyak mendengar kabar bahwa bantuan akan datang lebih banyak, tapi itu hanya di media. Situasi di lapangan tidak berubah sejak hari Minggu. Pasokan makanan belum sampai ke populasi yang membutuhkan,” kata Dr Nouraldin Alamassi dari tim medis NGO Project Hope di Gaza.

Ia menambahkan bahwa anak-anak yang kekurangan gizi terus datang ke kliniknya setiap hari, sementara jumlah pasien dua kali lipat dari kapasitas normal. Ia juga mengatakan bahwa ia sudah kehabisan “biskuit energi tinggi” yang digunakan untuk menangani malnutrisi.

Meskipun langkah-langkah bantuan diumumkan, para pekerja kemanusiaan di organisasi internasional mengatakan bahwa di balik layar, hambatan birokrasi baru justru semakin menghalangi upaya memasukkan bantuan ke Gaza.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button